PAKET KEAHLIAN
RANCANG
BANGUN JARINGAN
Disusun Oleh:
CHRIS SAPUTRA MARCHELO TAMHER
HENDRO RYANTO
ARIANTO WIRDANA SAPUTRA
MUHAMMAD VIQRI
XII.TKJ.B
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMKN NEGERI 4 KENDARI
2016
1.
JARINGAN DATAR (
Horizontal ) dan Konsep
Pengalamatan Jaringan Hirarkikal
v JARINGAN DATAR ( Horizontal )
Merupakan
jaringan yang mana setiap perangkat device memiliki kedudukan yang sama,
artinya berada pada level yang sama, sebagai contoh adalah jaringan peer to
peer, jaringan LAN merupakan sebuah penerapan dari jaringan Datar ( horizontal
) yang mana setiap perangkat keras jaringan ( device ) memiliki hak yang sama
didalam jaringan tersebut.
Jaringan
Hirarkikal adalah sebuah jaringan yang terdiri dari beberapa level ( tingkat )
dengan fungsi dan hak akses yang berbeda-beda. dimana terdapat beberapa
perangkat device yang memiliki hak untuk mengatur perangkat / device yang lain
yang berada dilevel bawahnya. contoh penerapanyang mudah kita lihat adalah
jaringan internet, dimana terdapat beberapa perangkat yang mampu menentukan (
memperbolehkan dan melarang sebuah akses ).
Skema
pengalamatan pada Dua jaringan tersebut pada dasarnya sama, perbedaannya adalah
pada jaringan datar tidak ada alamat ip yang mewakili untuk menuju atau
menerima data informasi, sedangkan pada jaringan Hirarkikal akses ke level yang
lebih tinggi akan di wakili oleh sebuah alamat ip yang terhubung langsung
dengan jaringan pada level diatasnya.
untuk
ip yang digunakan masih fleksible tergantung administrator jaringan, kelas A
Kelas B dan Kelas C maupun Kelas D atau E semua dapat di terapkan sesuai
kebutuhan dari jaringan itu sendiri.
v Konsep
Pengalamatan Jaringan Hierarkikal
Pengalamatan
jaringan merupakan suatu metode pengalamatan IP yang bertujuan untuk
mengatur alamat
suatu komputer yang terhubung dalam jaringan global maupun lokal.
Pengalamatan jaringan juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi
sebuah komputer dalam
suatu jaringan atau dalam sebuah jaringan internet. Pengalamatan IP
berupa alamat yang
terdiri dari 32-bit yang dibagi menjadi 4 oktet yang masing masing berukuran
8-bit.
2.
PENGALAMATAN IP
JARINGAN HIRARKIKAL
No
|
Kelas
|
IP
|
1.
|
Kelas A
|
0.0.0.0
|
s/d
|
127.255.255.255
|
2.
|
Kelas B
|
128.0.0.0
|
s/d
|
191.255.255.255
|
3.
|
Kelas C
|
192.0.0.0
|
s/d
|
223.255.255.255
|
4.
|
Kelas D
|
224.0.0.0
|
s/d
|
239.255.255.255
|
5.
|
Kelas E
|
240.0.0.0
|
s/d
|
255.255.255.255
|
Konsep Pengalamatan Jaringan Hirarkikal
Pengalamatan jaringan
merupakan suatu metode pengalamatan IP yang bertujuan untuk mengatur alamat
suatu komputer yang terhubung dalam jaringan global maupun lokal.
Pengalamatan jaringan
juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi sebuah komputer dalam suatu
jaringan atau dalam sebuah jaringan internet. Pengalamatan IP berupa alamat
yang terdiri dari 32-bit yang dibagi menjadi 4 oktet yang masing masing
berukuran 8-bit.
Sebuah alamat IP
dapat dibagi dua bagian dengan menggunakan subnet mask yakni metode yang
digunakan untuk membagi alamat IP dalam jaringan menjadi kelompok-kelompok
tertentu.
a. Bagian pertama di
dalam alamat IP Network Identifier (NetID)
bertujuan untuk mengidentifikasikan
jaringan lokal dalam sebuah jaringan internet
b. Bagian yang kedua
à Host Identifier (HostID)
bertujuan untuk mengidentifikasikan host
dalam jaringan.
Pembagian IP
Kelas A
Alamat-alamat
kelas A diberikan untuk jaringan skala besar. Nomor urut bit tertinggi di dalam
alamat IP kelas A selalu diset dengan nilai 0 (nol). Tujuh bit berikutnya—untuk
melengkapi oktet pertama—akan membuat sebuah network identifier. 24 bit sisanya
(atau tiga oktet terakhir) merepresentasikan host identifier. Ini mengizinkan
kelas A memiliki hingga 126 jaringan, dan 16,777,214 host tiap jaringannya.
Alamat dengan oktet awal 127 tidak diizinkan, karena digunakan untuk mekanisme
Interprocess Communication (IPC) di dalam mesin yang bersangkutan.
Kelas B
Alamat-alamat
kelas B dikhususkan untuk jaringan skala menengah hingga skala besar. Dua bit
pertama di dalam oktet pertama alamat IP kelas B selalu diset ke bilangan biner
10. 14 bit berikutnya (untuk melengkapi dua oktet pertama), akan membuat sebuah
network identifier. 16 bit sisanya (dua oktet terakhir) merepresentasikan host
identifier. Kelas B dapat memiliki 16,384 network, dan 65,534 host untuk setiap
network-nya.
Kelas C
Alamat
IP kelas C digunakan untuk jaringan berskala kecil. Tiga bit pertama di dalam
oktet pertama alamat kelas C selalu diset ke nilai biner 110. 21 bit
selanjutnya (untuk melengkapi tiga oktet pertama) akan membentuk sebuah network
identifier. 8 bit sisanya (sebagai oktet terakhir) akan merepresentasikan host
identifier. Ini memungkinkan pembuatan total 2,097,152 buah network, dan 254
host untuk setiap network-nya.
Kelas D
Alamat
IP kelas D disediakan hanya untuk alamat-alamat IP multicast, namun berbeda
dengan tiga kelas di atas. Empat bit pertama di dalam IP kelas D selalu diset
ke bilangan biner 1110. 28 bit sisanya digunakan sebagai alamat yang dapat
digunakan untuk mengenali host. Untuk lebih jelas mengenal alamat ini, lihat
pada bagian Alamat Multicast IPv4.
Kelas E
Alamat
IP kelas E disediakan sebagai alamat yang bersifat "eksperimental"
atau percobaan dan dicadangkan untuk digunakan pada masa depan. Empat bit
pertama selalu diset kepada bilangan biner 1111. 28 bit sisanya digunakan
sebagai alamat yang dapat digunakan untuk mengenali host.
3.
SUBNETTING DALAM
STRUKTUR JARINGAN
Subnetting adalah proses memecah suatu
IP jaringan ke sub jaringan yang lebih kecil yang disebut "subnet."
Setiap subnet deskripsi non-fisik (atau ID) untuk jaringan-sub fisik (biasanya
jaringan beralih dari host yang mengandung satu router -router dalam jaringan
multi).
Mengapa harus melakukan subnetting? Ada
beberapa alasan mengapa kita perlu melakukan subnetting, diantaranya adalah
sebagai berikut:
- Untuk
mengefisienkan alokasi IP Address dalam sebuah jaringan supaya bisa memaksimalkan
penggunaan IP Address.
- Mengatasi
masalah perbedaan hardware dan media fisik yang digunakan daam suatu
network, karena Router IP hanya dapat mengintegrasikan berbagai network
dengan media fisik yang berbeda jika setiap network memiliki address network
yang unik.
- Meningkatkan
security dan mengurangi terjadinya kongesti akibat terlalu banyaknya host
dalam suatu network.
Penghitungan subnetting bisa dilakukan
dengan dua cara yaitu binary yang relatif lambat dan cara khusus yang lebih
cepat. Penulisan IP address umumnya adalah dengan 192.168.1.2. Namun adakalanya
ditulis dengan 192.168.1.2/24. Penjelasanya adalah bahwa IP address 192.168.1.2
dengan subnet mask 255.255.255.0. Kenapa bisa seperti ?maksud /24 diambil dari
penghitungan bahwa 24 bit subnet mask diselubung dengan binari 1. Atau dengan
kata lain, subnet masknya adalah: 11111111.11111111.11111111.00000000
(255.255.255.0). Konsep ini yang disebut dengan CIDR (Classless Inter-Domain
Routing) yang diperkenalkan pertama kali tahun 1992 oleh IEFT. Pada hakekatnya
semua pertanyaan tentang subnetting akan berkisar di empat masalah: Jumlah
Subnet, Jumlah Host per Subnet, Blok Subnet, dan Alamat Host- Broadcast.
·
Contoh kasus
Subnetting yang terjadi dengan sebuah NETWORK ADDRESS 10.0.0.0/16.
4.
VLSM atau Variable
Leght Subnet Mask adalah pengembangan mekanisme subneting, dimana dalam VLSM
dilakukan peningkatan dari kelemahan subneting klasik, yang mana subneting
klasik, subneting zeroes, dan subnet ones tidak bisa digunakan. Jika proses
subnetting yang menghasilkan beberapa subjaringan dengan jumlah host yang sama
telah dilakukan, maka ada kemungkinan di dalam segmen - segmen jaringan
tersebut memiliki alamat - alamat yang tidak digunakan atau membutuhkan lebih
banyak alamat. Untuk memaksimalkan penggunaan ruangan alamat yang tetap,
subnetting diaplikasikan secara rekursif untuk membentuk beberapa subjaringan
dengan ukuran yang bervariasi yang diturunkan dari netmowrk identifier yang
sama. teknik subnetting ini disebut dengan Variable Length Subnetting.
Subjaringan yang dibuat dengan menggunakan teknik ini disebut dengan Variable Length Subnet Mask.
Dengan menggunakan Variable Length Subnetting, teknik subnetting dapat
dilakukan secara rekursif maksudnya network identifier yang sebelumnya telah
disubnetkan lalu disubnetkan kembali. Bit - bit network identifier tersebut
harus bersifat tetap dan subnetting dilakukan dengan mengambil sisa dari bit -
bit host dan teknik ini pun membutuhkan raouting yang baru (routing yang
mendukung : RIPv2, OSPF, BGPv4).
Perhitungan IP Address dengan menggunakan metode VLSM adalah metode yang
berbeda dengan memberikan suatu network address lebih dari satu subnetmask.
Dalam penerapan IP Address menggunakan metode VLSM agar tetap dapat
berkomunikasi kedalam jaringan internet, sebaiknya pengelolaan network memenuhi syarat:
1. Routing protocol yang digunakan harus mampu membawa informasi mengenai
notasi prefix untuk setiap rute broadcastnya.
2. Semua perangkat router yang digunakan dalam jaringan harus mendukung metode
VLSM yang menggunakan algoritma penerus packet informasi.
Contoh penggunaan VLSM :
Diberikan
IP Addres dengan network 192.168.1.0 /24 , dan semua komputer diatas harus
mempunyai network 192.168.1.0 bagaimana solusinya ? dan inilah solusinya !
1. Kita harus mengetahui CIDR, berapa networknya, berapa hostnya dan berapa
jumlah host yang valid. Jika belum mengetahuinya bisa lihat tutornya disini
2. Kita harus mengetahui jumlah host paling besar. dari contoh diatas host
paling besar ada pada LAN A dengan 55 host. 3. Kemudian dari ip yang diberikan
yaitu 192.168.1.0 /24 , kita pecah menjadi beberapa sehingga semua LAN dapat
mendapat IP. Seperti Gambar Dibawah ini :
3.
Isikan IP Address sesuai ip diatas.
subnet
menggunakan representasi biner
SUBNETTING PADA IP
ADDRESS CLASS A
Class A di oktet 2, 3 dan 4 (3 oktet
terakhir). Kemudian subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class A
adalah semua subnet mask dari CIDR /8 sampai /30.
v Analisa:
10.0.0.0 berarti kelas A, dengan Subnet
Mask /16 berarti 11111111.11111111.00000000.00000000 (255.255.0.0).
v Penghitungan:
Jumlah Subnet = 28 = 256 subnet
Jumlah Host per Subnet = 216 – 2 =
65534 host
Blok Subnet = 256 – 255 = 1. Jadi
subnet lengkapnya: 0,1,2,3,4, etc.
·
Contoh kasus
Subnetting yang terjadi dengan sebuah NETWORK ADDRESS172.16.0.0/18 dan
172.16.0.0/25.
SUBNETTING PADA
IP ADDRESS CLASS B
Berdasarkan blok subnetnya. CIDR /17
sampai /24 caranya sama persis dengan subnetting Class C, hanya blok subnetnya
kita masukkan langsung ke oktet ketiga, bukan seperti Class C yang “dimainkan”
di oktet keempat. Sedangkan CIDR /25 sampai /30 (kelipatan) blok subnet kita
“mainkan” di oktet keempat, tapi setelah selesai oktet ketiga berjalan maju
(coeunter) dari 0, 1, 2, 3, dst.
>> Contoh network address
172.16.0.0/18
v Analisa:
172.16.0.0 berarti kelas B, dengan
Subnet Mask /18 berarti 11111111.11111111.11000000.00000000 (255.255.192.0).
v Penghitungan:
Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah
banyaknya binari 1 pada 2 oktet terakhir. Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4
subnet
Jumlah Host per Subnet = 2y – 2, dimana
y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada 2 oktet
terakhir. Jadi jumlah host per subnet adalah 214 – 2 = 16.382 host
Blok Subnet = 256 – 192 = 64. Subnet
berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah
0, 64, 128, 192.
>> Contoh network address
172.16.0.0/25.
Analisa:
172.16.0.0 berarti kelas B, dengan
Subnet Mask /25 berarti 11111111.11111111.11111111.10000000 (255.255.255.128).
Penghitungan:
Jumlah Subnet = 29 = 512 subnet
Jumlah Host per Subnet = 27 – 2 = 126
host
Blok Subnet = 256 – 128 = 128. Jadi
lengkapnya adalah (0, 128)
3. Contoh kasus
Subnetting yang terjadi dengan sebuah NETWORK ADDRESS192.168.1.0/26
SUBNETTING PADA IP
ADDRESS CLASS C
Analisa :
192.168.1.0 berarti kelas C dengan
Subnet Mask /26 berarti 11111111.11111111.11111111.11000000 (255.255.255.192).
Penghitungan :
Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah
banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnet mask (2 oktet terakhir untuk
kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A). Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4
subnet
Jumlah Host per Subnet = 2y – 2, dimana
y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada oktet terakhir
subnet. Jadi jumlah host per subnet adalah 26 – 2 = 62 host
Blok Subnet = 256 – 192 (nilai oktet
terakhir subnet mask) = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan
128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
5.
PENGERTIAN SUBNET MASK
Subnet Mask adalah istilah
teknologi informasidalam bahasa inggris yang mengacu kepada angka biner 32 bit
yang digunakan untuk membedakan network ID dengan host ID, menunjukkan letak
suatu host, apakah berada di jaringan lokal atau jaringan luar.
RFC 950 mendefinisikan penggunaan sebuah subnet mask yang disebut juga
sebagai address mask sebagai sebuah nilai 32-bit yang digunakan untuk
membedakan network identifier dari host identifier di dalam sebuah alamat
IP. Bit-bit subnet mask yang didefinisikan, adalah sebagai berikut :
- Semua bit yang
ditujukan agar digunakan oleh network identifier diset ke nilai 1.
- Semua bit yang
ditujukan agar digunakan oleh host identifier diset ke nilai 0.
Setiap host di dalam sebuah jaringan yang menggunakan TCP\IP membutuhkan
sebuah subnet mask meskipun berada di dalam sebuah jaringan dengan satu segmen
saja. Entah itu subnet mask default ( yang digunakan ketika memakai network
identifier berbasis kelas ) ataupun subnet mask yangdikustomisasi ( yang
digunakan ketiak membuat subnet atau supernet ) harus dikonfigurasi di dalam
setiap node TCP\IP.
B. FUNGSI SUBNET MAKS
Fungsi Subnet Mask
ada dua yaitu :
1. Untuk membedakan antara Network ID dengan
Host ID.
2. Untuk menentukan alamat tujuan paket data,
apakah “local” atau “remote”.
Subnet mask dapat
juga digunakan untuk membuat suatu jaringan lebih tertata. Secara defaultSubnet
mask yang ada :
1. Kelas A
255.0.0.0
2. Kelas B
255.255.0.0
3. Kelas C
255.255.255.0
Subnet mask dapat
juga diartikan sebagai penanda jaringan. Subnet juga dapat digunakan untuk
menentukan jumlah host suatu jaringan, contohnya jika IP Address = 192.168.1.0
yang merupakan IP Kelas C, memiliki Subnet Mask 255.255.255.0, maka IP Address
ini memiliki range IP sebanyak 254 host yang artinya jaringan ini dapat
menampung 254 komputer yang saling terhubung. Jika kita menginginkan jaringan
yang hanya mampu menampung host secara terbatas, maka kita harus memodifikasi
Subnet Mask IP tersebut. Caranya yakni dengan mengubah nilai kelompok ke-4
Subnet Mask.
Berikut data host
subnet mask :
- 0000 0000 = 0 =
256-0 = 256
IP = 254 Host
- 1000 0000 = 128 =
256-128 = 128
IP = 126 Host
- 1100 0000 = 192 =
256-192 = 64
IP = 62 Host
- 1110 0000 = 224 =
256-224 = 32
IP = 30 Host
- 1111 0000 = 240 =
256-240 = 16
IP = 14 Host
- 1111 1000 =
248 = 256-248 = 8
IP = 6 Host
- 1111 1100 = 252 =
256-252 = 4
IP = 2 Host
- 1111 1110 = 254 =
256-254 = 2
IP = 0 Host
- 1111 1111 = 255 =
256-255 = 1
IP = -1 Host
Kelompok
angka 254 & 255 tidak valid karena hanya memiliki 0 dan -1 host.
Berdasarkan data diatas, maka jika IP 192.168.1.0 hanya ingin berhubungan
dengan 1 komputer saja, maka Subnet Mask yang harus digunakan yakni
255.255.255.252
C. CARA MENGHITUNG SUBNET MASK
Misal anda memiliki IP address 192.168.10.0 dan Subnet mask 255.255.255.128
Ubah angka 128 ke bilangan biner dengan cara sebagai berikut :
128 : 2 = 64 sisa
0
64 : 2 = 32 sisa 0
32 : 2 = 16 sisa 0
16 : 2 = 8 sisa 0
8 : 2 = 4 sisa 0
4 : 2 = 2 sisa 0
2 : 2 = 1 sisa 0
Hasil akhir 1
tidak dapat dibagi menjadi 1
Hasil bilangan
binernya adalah 10000000
Banyaknya subnet
mask yang tersedia dari rumus 2^x
X adalah jumlah dari
angka 1, karena berdasarkan angka binner yang ad jumlah 1 = 1
Maka 2^1 = 2 maka
jumlah subnet masknya adalah 2
Bila tersedia
hanya 2 subnet mask maka kita harus mencari beberapa subnet mask tersebut ?
Dari subnet mask
yang terbesar adalah 256 maka dihasilkan 256 – 128 = 128
Maka subnet
masknya adalah 0 dan 128
Contoh lain, bila
ditetapkan subnet masknya 255.255.255.192
Jumlah subnet mask
dapat dihitung :
192 : 2 = 96 sisa
0
96 : 2 = 48 sisa 0
48 : 2 = 24 sisa 0
24 : 2 = 12 sisa 0
12 : 2 = 6 sisa 0
6 : 2 = 3 sisa 0
3 : 2 = 1 sisa 0
Maka bilangan
binnernya adalah 11000000
Karena angka 1 ada
2 maka 2^2 = 4
Dan subnet yang
dapat digunakan adalah 256 – 192 = 64, maka subnetnya adalah 0, 64, 128, 192
artinya subnetnya adalah
255.255.255.0
255.255.255.64
255.255.255.128
255.255.255.192
Jumlah host per
subnet = 2^y-2, dimana y adalah kebalikan dari x yaitu banyak binari 0 pada
oktet terakhir subnet. Jadi jumlah host per subnet adalah 2^6-2 = 62 host
D. TEKNIK SUBNETTING
Subnetting merupakan teknik memecah network menjadi beberapa subnetwork
yang lebih kecil. Subnetting hanya dapat dilakukan pada IP address A, IP
address B dan IP address C. Dengan subnetting akan menciptakan beberapa network
tambahan, tetapi mengurangi jumlah maksimum host yang ada dalam tiap network
tersebut.
Ada beberapa alasan mengapa kita perlu melakukan subnetting, diantaranya
adalah sebagai berikut :
- Untuk
mengefiensikan alokasi IP address dalam sebuah jaringan supaya bisa
memaksimalkan penggunaan IP address.
- Mengatasi masalah
perbedaan hardware dan media fisik yang digunakan dalam suatu network, karena
router IP hanya dapat mengintegrasikan berbagai network dengan media fisik yang
berbeda jika setiap network memiliki address network yang unik.
- Meningkatkan
security dan mengurangi terjadinya kongesti akibat terlalu banyaknya host dalam
suatu network.
Misalkan disebuah
perusahaan terdapat 200 komputer (host). Tanpa menggunakan subnetting maka
semua komputer (host) tersebut dapat kita hubungkan ke dalam sebuah jaringan
tunggal dengan perincian sebagai berikut :
Misal kita gunakan
IP address private kelas C dengan subnet mask default yaitu 255.255.255.0
sehingga perinciannya sebagai berikut :
Network Perusahaan
Alamat jaringan :
192.168.1.0
Host Pertama :
192.168.1.1
Host Terakhir :
192.168.1.254
Broadcast Address
: 192.168.1.255
Misalkan di
perusahaan tersebut terdapat 2 divisi yang berbeda sehingga kita akan memecah
network tersebut menjadi 2 buah subnetwork, maka dengan teknik subnetting kita
akan menggunakan subnet mask 255.255.255.128 (nilai subnet mask ini
berbeda-beda tergantung berapa subnetwork yang akan kita buat) sehingga akan
menghasilkan 2 buah blok subnet, dengan perincian sebagai berikut :
Network Divisi A
Alamat
Jaringan/Subnet A : 192.168.1.0
Host Pertama :
192.168.1.1
Host Terakhir :
192.168.1.126
Broadcast Address
: 192.168.1.127
Network Divisi B
Alamat
Jaringan/Subnet B : 192.168.1.128
Host Pertama :
192.168.1.129
Host Terakhir :
192.168.1.254
Broadcast Address
: 192.168.1.255
Dengan demikian
dengan teknik subnetting akan terdapat 2 buah subnetwork yang masing-masing
network maksimal terdiri dari 125 host (komputer). Masing-masing komputer dari
subnetwork yang berbeda tidak akan bisa saling berkomunikasi sehingga
meningkatkan security dan mengurangi terjadinya kongesti. Apabila dikehendaki
agar beberapa komputer dari network yang berbeda tersebut dapat saling
berkomunikasi maka kita harus menggunakan router.
6. Subnet menggunakan
representasi biner
RFC 950 mendefinisikan
penggunaan sebuah subnet mask yang disebut juga sebagai sebuah address mask
sebagai sebuah nilai 32-bit yang digunakan
untuk membedakan network
identifier dari host
identifier di dalam sebuah alamat IP. Bit-bit subnet mask yang
didefinisikan, adalah sebagai berikut:
- Semua bit yang ditujukan agar
digunakan oleh network
identifier diset ke nilai 1.
- Semua bit yang ditujukan agar digunakan
oleh host
identifier diset ke nilai 0.
Setiap host di dalam
sebuah jaringan yang menggunakan TCP/IP membutuhkan sebuah subnet mask
meskipun berada di dalam sebuah jaringan dengan satu segmen saja. Entah itu subnet mask default (yang
digunakan ketika memakai network
identifier berbasis kelas) ataupun subnet mask yang dikustomisasi (yang
digunakan ketika membuat sebuah subnet atau supernet) harus dikonfigurasikan di
dalam setiap node
TCP/IP.
Desimal Bertitik
Sebuah subnet mask
biasanya diekspresikan di dalam notasi desimal bertitik (dotted decimal notation),
seperti halnya alamat IP. Setelah semua bit diset sebagai
bagian network identifier dan host identifier, hasil nilai 32-bit tersebut akan
dikonversikan ke notasi desimal bertitik. Perlu dicatat, bahwa meskipun
direpresentasikan sebagai notasi desimal bertitik, subnet mask bukanlah sebuah
alamat IP.
Subnet mask default dibuat
berdasarkan kelas-kelas alamat IP dan digunakan di
dalam jaringan TCP/IP yang tidak dibagi ke dalam beberapa subnet. Tabel di
bawah ini menyebutkan beberapa subnet mask default dengan menggunakan notasi
desimal bertitik. Formatnya adalah:
<alamat IP www.xxx.yyy.zzz>, <subnet mask www.xxx.yyy.zzz>
Kelas
alamat
|
|
|
Kelas A
|
11111111.00000000.00000000.00000000
|
255.0.0.0
|
Kelas B
|
11111111.11111111.00000000.00000000
|
255.255.0.0
|
Kelas C
|
11111111.11111111.11111111.00000000
|
255.255.255.0
|
Perlu diingat, bahwa
nilai subnet mask default di atas dapat dikustomisasi oleh administrator
jaringan, saat melakukan proses pembagian jaringan (subnetting atau
supernetting). Sebagai contoh, alamat 138.96.58.0 merupakan sebuah network
identifier dari kelas B yang telah dibagi ke beberapa subnet dengan menggunakan
bilangan 8-bit. Kedelapan bit tersebut yang digunakan sebagai host identifier
akan digunakan untuk menampilkan network identifier yang telah dibagi ke dalam
subnet. Subnet yang digunakan adalah total 24 bit sisanya (255.255.255.0) yang
dapat digunakan untuk mendefinisikan custom network identifier. Network
identifier yang telah di-subnet-kan tersebut serta subnet mask yang
digunakannya selanjutnya akan ditampilkan dengan menggunakan notasi sebagai
berikut:
138.96.58.0, 255.255.255.0
Representasi panjang prefiks (prefix length) dari
sebuah subnet mask
Karena bit-bit
network identifier harus selalu dipilih di dalam sebuah bentuk yang berdekatan
dari bit-bit ordo tinggi, maka ada sebuah cara yang digunakan untuk
merepresentasikan sebuah subnet mask dengan menggunakan bit yang mendefinisikan
network identifier sebagai sebuah network prefix dengan menggunakan notasi
network prefix seperti tercantum di dalam tabel di bawah ini. Notasi network
prefix juga dikenal dengan sebutan notasi Classless Inter-Domain Routing (CIDR)
yang didefinisikan di dalam RFC 1519. Formatnya adalah sebagai berikut:
/<jumlah bit yang digunakan sebagai network identifier>
Kelas
alamat
|
|
|
Prefix
Length
|
Kelas A
|
11111111.00000000.00000000.00000000
|
255.0.0.0
|
/8
|
Kelas B
|
11111111.11111111.00000000.00000000
|
255.255.0.0
|
/16
|
Kelas C
|
11111111.11111111.11111111.00000000
|
255.255.255.0
|
/24
|
Sebagai contoh,
network identifier kelas B dari 138.96.0.0 yang memiliki subnet mask
255.255.0.0 dapat direpresentasikan di dalam notasi prefix length sebagai 138.96.0.0/16.
Karena semua host
yang berada di dalam jaringan yang sama menggunakan network identifier yang
sama, maka semua host yang berada di dalam jaringan yang sama harus menggunakan
network identifier yang sama yang didefinisikan oleh subnet mask yang sama
pula. Sebagai contoh, notasi 138.23.0.0/16 tidaklah sama dengan notasi
138.23.0.0/24, dan kedua jaringan tersebut tidak berada di dalam ruang alamat
yang sama. Network identifier 138.23.0.0/16 memiliki range alamat IP yang valid
mulai dari 138.23.0.1 hingga 138.23.255.254; sedangkan network identifier
138.23.0.0/24 hanya memiliki range alamat IP yang valid mulai dari 138.23.0.1
hingga 138.23.0.254.
Menentukan alamat Network Identifier
Untuk menentukan
network identifier dari sebuah alamat IP dengan menggunakan sebuah subnet mask
tertentu, dapat dilakukan dengan menggunakan sebuah operasi matematika, yaitu
dengan menggunakan operasi logika perbandingan AND (AND comparison). Di dalam sebuah AND
comparison, nilai dari dua hal yang diperbandingkan akan bernilai true hanya
ketika dua item tersebut bernilai true; dan menjadi false jika salah satunya
false. Dengan mengaplikasikan prinsip ini ke dalam bit-bit, nilai 1 akan
didapat jika kedua bit yang diperbandingkan bernilai 1, dan nilai 0 jika ada
salah satu di antara nilai yang diperbandingkan bernilai 0.
Cara ini akan
melakukan sebuah operasi logika AND comparison dengan menggunakan 32-bit alamat
IP dan dengan 32-bit subnet mask, yang dikenal dengan operasi bitwise logical AND comparison.
Hasil dari operasi bitwise alamat IP dengan subnet mask itulah yang disebut
dengan network identifier.
Contoh:
Alamat IP 10000011 01101011 10100100 00011010 (131.107.164.026)
Subnet Mask 11111111 11111111 11110000 00000000 (255.255.240.000)
------------------------------------------------------------------
Network ID 10000011 01101011 10100000 00000000 (131.107.160.000)
Tabel Pembuatan subnet
Subnetting Alamat IP kelas A
Tabel berikut berisi
subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifier kelas
A.
Jumlah
subnet
(segmen
jaringan)
|
Jumlah
subnet bit
|
Subnet
mask
(notasi desimal
bertitik/
notasi panjang
prefiks)
|
Jumlah
host tiap subnet
|
1-2
|
1
|
255.128.0.0 atau /9
|
8388606
|
3-4
|
2
|
255.192.0.0 atau /10
|
4194302
|
5-8
|
3
|
255.224.0.0 atau /11
|
2097150
|
9-16
|
4
|
255.240.0.0 atau /12
|
1048574
|
17-32
|
5
|
255.248.0.0 atau /13
|
524286
|
33-64
|
6
|
255.252.0.0 atau /14
|
262142
|
65-128
|
7
|
255.254.0.0 atau /15
|
131070
|
129-256
|
8
|
255.255.0.0 atau /16
|
65534
|
257-512
|
9
|
255.255.128.0 atau /17
|
32766
|
513-1024
|
10
|
255.255.192.0 atau /18
|
16382
|
1025-2048
|
11
|
255.255.224.0 atau /19
|
8190
|
2049-4096
|
12
|
255.255.240.0 atau /20
|
4094
|
4097-8192
|
13
|
255.255.248.0 atau /21
|
2046
|
8193-16384
|
14
|
255.255.252.0 atau /22
|
1022
|
16385-32768
|
15
|
255.255.254.0 atau /23
|
510
|
32769-65536
|
16
|
255.255.255.0 atau /24
|
254
|
65537-131072
|
17
|
255.255.255.128 atau /25
|
126
|
131073-262144
|
18
|
255.255.255.192 atau /26
|
62
|
262145-524288
|
19
|
255.255.255.224 atau /27
|
30
|
524289-1048576
|
20
|
255.255.255.240 atau /28
|
14
|
1048577-2097152
|
21
|
255.255.255.248 atau /29
|
6
|
2097153-4194304
|
22
|
255.255.255.252 atau /30
|
2
|
Subnetting Alamat IP kelas B
Tabel berikut berisi
subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifier kelas
B.
Jumlah
subnet/
segmen jaringan
|
Jumlah
subnet bit
|
Subnet
mask
(notasi desimal
bertitik/
notasi panjang
prefiks)
|
Jumlah
host tiap subnet
|
1-2
|
1
|
255.255.128.0 atau /17
|
32766
|
3-4
|
2
|
255.255.192.0 atau /18
|
16382
|
5-8
|
3
|
255.255.224.0 atau /19
|
8190
|
9-16
|
4
|
255.255.240.0 atau /20
|
4094
|
17-32
|
5
|
255.255.248.0 atau /21
|
2046
|
33-64
|
6
|
255.255.252.0 atau /22
|
1022
|
65-128
|
7
|
255.255.254.0 atau /23
|
510
|
129-256
|
8
|
255.255.255.0 atau /24
|
254
|
257-512
|
9
|
255.255.255.128 atau /25
|
126
|
513-1024
|
10
|
255.255.255.192 atau /26
|
62
|
1025-2048
|
11
|
255.255.255.224 atau /27
|
30
|
2049-4096
|
12
|
255.255.255.240 atau /28
|
14
|
4097-8192
|
13
|
255.255.255.248 atau /29
|
6
|
8193-16384
|
14
|
255.255.255.252 atau /30
|
2
|
Tabel berikut berisi
subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifier kelas
C.
semoga bermanfaat
bagi anda :D
Variable-length
Subnetting
Bahasan di atas
merupakan sebuah contoh dari subnetting yang memiliki panjang tetap (fixed length subnetting),
yang akan menghasilkan beberapa subjaringan dengan jumlah host yang sama.
Meskipun demikian, dalam kenyataannya segmen jaringan tidaklah seperti itu.
Beberapa segmen jaringan membutuhkan lebih banyak alamat IP dibandingkan
lainnya, dan beberapa segmen jaringan membutuhkan lebih sedikit alamat IP.
Jika proses
subnetting yang menghasilkan beberapa subjaringan dengan jumlah host yang sama
telah dilakukan, maka ada kemungkinan di dalam segmen-segmen jaringan tersebut
memiliki alamat-alamat yang tidak digunakan atau membutuhkan lebih banyak
alamat. Karena itulah, dalam kasus ini proses subnetting harus dilakukan
berdasarkan segmen jaringan yang dibutuhkan oleh jumlah host terbanyak. Untuk
memaksimalkan penggunaan ruangan alamat yang tetap, subnetting pun
diaplikasikan secara rekursif untuk membentuk beberapa subjaringan dengan
ukuran bervariasi, yang diturunkan dari network identifier yang sama. Teknik
subnetting seperti ini disebut juga variable-length subnetting.
Subjaringan-subjaringan yang dibuat dengan teknik ini menggunakan subnet mask
yang disebut sebagai Variable-length Subnet Mask (VLSM).
Karena semua subnet
diturunkan dari network identifier yang sama, jika subnet-subnet tersebut
berurutan (kontigu subnet yang berada dalam network identifier yang sama yang
dapat saling berhubungan satu sama lainnya), rute yang ditujukan ke
subnet-subnet tersebut dapat diringkas dengan menyingkat network identifier
yang asli.
Teknik
variable-length subnetting harus dilakukan secara hati-hati sehingga subnet
yang dibentuk pun unik, dan dengan menggunakan subnet mask tersebut dapat
dibedakan dengan subnet lainnya, meski berada dalam network identifer asli yang
sama. Kehati-hatian tersebut melibatkan analisis yang lebih terhadap
segmen-segmen jaringan yang akan menentukan berapa banyak segmen yang akan
dibuat dan berapa banyak jumlah host dalam setiap segmennya.
Dengan menggunakan
variable-length subnetting, teknik subnetting dapat dilakukan secara rekursif:
network identifier yang sebelumnya telah di-subnet-kan, di-subnet-kan kembali.
Ketika melakukannya, bit-bit network identifier tersebut harus bersifat tetap
dan subnetting pun dilakukan dengan mengambil sisa dari bit-bit host.
Tentu saja, teknik
ini pun membutuhkan protokol routing baru. Protokol-protokol routing yang
mendukung variable-length subnetting adalah Routing Information Protocol (RIP)
versi 2 (RIPv2), Open Shortest Path First (OSPF), dan Border Gateway Protocol
(BGP versi 4 (BGPv4). Protokol RIP versi 1 yang lama, tidak mendukungya,
sehingga jika ada sebuah router yang hanya mendukung protokol tersebut, maka
router tersebut tidak dapat melakukan routing terhadap subnet yang dibagi
dengan menggunakan teknik variable-length subnet mask.
Jumlah
subnet
(segmen
jaringan)
|
Jumlah
subnet bit
|
Subnet
mask
(notasi desimal
bertitik/
notasi panjang
prefiks)
|
Jumlah
host tiap subnet
|
1-2
|
1
|
255.255.255.128 atau /25
|
126
|
3-4
|
2
|
255.255.255.192 atau /26
|
62
|
5-8
|
3
|
255.255.255.224 atau /27
|
30
|
9-16
|
4
|
255.255.255.240 atau /28
|
14
|
17-32
|
5
|
255.255.255.248 atau /29
|
6
|
33-64
|
6
|
255.255.255.252 atau /30
|
2
|
Penulisan IP address
umumnya adalah dengan 192.168.1.2. Namun adakalanya ditulis dengan
192.168.1.2/24, apa ini artinya? Artinya bahwa IP address 192.168.1.2 dengan
subnet mask 255.255.255.0. Lho kok bisa seperti itu? Ya, /24 diambil dari
penghitungan bahwa 24 bit subnet mask diselubung dengan binari 1. Atau dengan
kata lain, subnet masknya adalah: 11111111.11111111.11111111.00000000
(255.255.255.0). Konsep ini yang disebut dengan CIDR (Classless Inter-Domain
Routing) yang diperkenalkan pertama kali tahun 1992 oleh IEFT.
Pertanyaan
berikutnya adalah Subnet Mask berapa saja yang bisa digunakan untuk melakukan
subnetting? Ini terjawab dengan tabel di bawah:
Subnet
Mask
|
Nilai
CIDR
|
255.128.0.0
|
/9
|
255.192.0.0
|
/10
|
255.224.0.0
|
/11
|
255.240.0.0
|
/12
|
255.248.0.0
|
/13
|
255.252.0.0
|
/14
|
255.254.0.0
|
/15
|
255.255.0.0
|
/16
|
255.255.128.0
|
/17
|
255.255.192.0
|
/18
|
255.255.224.0
|
/19
|
|
Subnet
Mask
|
Nilai
CIDR
|
255.255.240.0
|
/20
|
255.255.248.0
|
/21
|
255.255.252.0
|
/22
|
255.255.254.0
|
/23
|
255.255.255.0
|
/24
|
255.255.255.128
|
/25
|
255.255.255.192
|
/26
|
255.255.255.224
|
/27
|
255.255.255.240
|
/28
|
255.255.255.248
|
/29
|
255.255.255.252
|
/30
|
|
SUBNETTING PADA IP
ADDRESS CLASS C
Ok, sekarang mari
langsung latihan saja. Subnetting seperti apa yang terjadi dengan sebuah
NETWORK ADDRESS 192.168.1.0/26
?
Analisa: 192.168.1.0
berarti kelas C dengan Subnet Mask /26 berarti
11111111.11111111.11111111.11000000 (255.255.255.192).
Penghitungan: Seperti sudah saya
sebutkan sebelumnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berpusat di 4 hal,
jumlah subnet, jumlah host per subnet, blok subnet, alamat host dan broadcast
yang valid. Jadi kita selesaikan dengan urutan seperti itu:
- Jumlah
Subnet
= 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet terakhir
subnet mask (2 oktet terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk
kelas A). Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
- Jumlah
Host per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah kebalikan
dari x yaitu banyaknya binari 0 pada oktet terakhir subnet. Jadi jumlah
host per subnet adalah 26 – 2 = 62 host
- Blok
Subnet
= 256 – 192 (nilai oktet terakhir subnet mask) = 64. Subnet berikutnya
adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
- Bagaimana dengan alamat host dan broadcast yang
valid? Kita langsung buat tabelnya. Sebagai catatan, host
pertama adalah 1 angka setelah subnet, dan broadcast adalah 1 angka
sebelum subnet berikutnya.
Subnet
|
192.168.1.0
|
192.168.1.64
|
192.168.1.128
|
192.168.1.192
|
Host Pertama
|
192.168.1.1
|
192.168.1.65
|
192.168.1.129
|
192.168.1.193
|
Host Terakhir
|
192.168.1.62
|
192.168.1.126
|
192.168.1.190
|
192.168.1.254
|
Broadcast
|
192.168.1.63
|
192.168.1.127
|
192.168.1.191
|
192.168.1.255
|
Kita sudah
selesaikan subnetting untuk IP address Class C. Dan kita bisa melanjutkan lagi
untuk subnet mask yang lain, dengan konsep dan teknik yang sama. Subnet mask
yang bisa digunakan untuk subnetting class C adalah seperti di bawah. Silakan
anda coba menghitung seperti cara diatas untuk subnetmask lainnya.
Subnet Mask
|
Nilai CIDR
|
255.255.255.128
|
/25
|
255.255.255.192
|
/26
|
255.255.255.224
|
/27
|
255.255.255.240
|
/28
|
255.255.255.248
|
/29
|
255.255.255.252
|
/30
|
SUBNETTING PADA IP
ADDRESS CLASS B
Berikutnya kita akan
mencoba melakukan subnetting untuk IP address class B. Pertama, subnet mask
yang bisa digunakan untuk subnetting class B adalah seperti dibawah. Sengaja
saya pisahkan jadi dua, blok sebelah kiri dan kanan karena masing-masing
berbeda teknik terutama untuk oktet yang “dimainkan” berdasarkan blok
subnetnya. CIDR /17 sampai /24 caranya sama persis dengan subnetting Class C,
hanya blok subnetnya kita masukkan langsung ke oktet ketiga, bukan seperti
Class C yang “dimainkan” di oktet keempat. Sedangkan CIDR /25 sampai /30
(kelipatan) blok subnet kita “mainkan” di oktet keempat, tapi setelah selesai
oktet ketiga berjalan maju (coeunter) dari 0, 1, 2, 3, dst.
Subnet
Mask
|
Nilai
CIDR
|
255.255.128.0
|
/17
|
255.255.192.0
|
/18
|
255.255.224.0
|
/19
|
255.255.240.0
|
/20
|
255.255.248.0
|
/21
|
255.255.252.0
|
/22
|
255.255.254.0
|
/23
|
255.255.255.0
|
/24
|
|
Subnet
Mask
|
Nilai
CIDR
|
255.255.255.128
|
/25
|
255.255.255.192
|
/26
|
255.255.255.224
|
/27
|
255.255.255.240
|
/28
|
255.255.255.248
|
/29
|
255.255.255.252
|
/30
|
|
Ok, kita coba dua
soal untuk kedua teknik subnetting untuk Class B. Kita mulai dari yang
menggunakan subnetmask dengan CIDR /17 sampai /24. Contoh network address 172.16.0.0/18.
Analisa: 172.16.0.0 berarti
kelas B, dengan Subnet Mask /18 berarti 11111111.11111111.11000000.00000000
(255.255.192.0).
Penghitungan:
- Jumlah
Subnet
= 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada 2 oktet terakhir.
Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
- Jumlah
Host per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah kebalikan
dari x yaitu banyaknya binari 0 pada 2 oktet terakhir. Jadi jumlah host
per subnet adalah 214 – 2 = 16.382 host
- Blok
Subnet
= 256 – 192 = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192.
Jadi subnet lengkapnya adalah 0,
64, 128, 192.
- Alamat
host dan broadcast yang valid?
Subnet
|
172.16.0.0
|
172.16.64.0
|
172.16.128.0
|
172.16.192.0
|
Host Pertama
|
172.16.0.1
|
172.16.64.1
|
172.16.128.1
|
172.16.192.1
|
Host Terakhir
|
172.16.63.254
|
172.16.127.254
|
172.16.191.254
|
172.16.255.254
|
Broadcast
|
172.16.63.255
|
172.16.127.255
|
172.16.191.255
|
172.16..255.255
|
Berikutnya kita coba
satu lagi untuk Class B khususnya untuk yang menggunakan subnetmask CIDR /25
sampai /30. Contoh network address 172.16.0.0/25.
Analisa: 172.16.0.0 berarti
kelas B, dengan Subnet Mask /25 berarti 11111111.11111111.11111111.10000000
(255.255.255.128).
Penghitungan:
- Jumlah
Subnet
= 29 = 512 subnet
- Jumlah
Host per Subnet = 27 – 2 = 126 host
- Blok
Subnet
= 256 – 128 = 128. Jadi lengkapnya adalah (0, 128)
- Alamat
host dan broadcast yang valid?
Subnet
|
172.16.0.0
|
172.16.0.128
|
172.16.1.0
|
…
|
172.16.255.128
|
Host Pertama
|
172.16.0.1
|
172.16.0.129
|
172.16.1.1
|
…
|
172.16.255.129
|
Host Terakhir
|
172.16.0.126
|
172.16.0.254
|
172.16.1.126
|
…
|
172.16.255.254
|
Broadcast
|
172.16.0.127
|
172.16.0.255
|
172.16.1.127
|
…
|
172.16.255.255
|
Masih bingung juga?
Ok sebelum masuk ke Class A, coba ulangi lagi dari Class C, dan baca
pelan-pelan
SUBNETTING PADA IP
ADDRESS CLASS A
Kalau sudah mantab
dan paham, kita lanjut ke Class A. Konsepnya semua sama saja. Perbedaannya
adalah di OKTET
mana kita mainkan blok subnet. Kalau Class C di oktet ke 4 (terakhir), kelas B
di Oktet 3 dan 4 (2 oktet terakhir), kalau Class A di oktet 2, 3 dan 4 (3 oktet
terakhir). Kemudian subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class A
adalah semua subnet mask dari CIDR /8 sampai /30.
Kita coba latihan
untuk network address 10.0.0.0/16.
Analisa: 10.0.0.0 berarti
kelas A, dengan Subnet Mask /16 berarti 11111111.11111111.00000000.00000000
(255.255.0.0).
Penghitungan:
- Jumlah
Subnet
= 28 = 256 subnet
- Jumlah
Host per Subnet = 216 – 2 = 65534 host
- Blok
Subnet
= 256 – 255 = 1. Jadi subnet lengkapnya: 0,1,2,3,4, etc.
- Alamat
host dan broadcast yang valid?
Subnet
|
10.0.0.0
|
10.1.0.0
|
…
|
10.254.0.0
|
10.255.0.0
|
Host Pertama
|
10.0.0.1
|
10.1.0.1
|
…
|
10.254.0.1
|
10.255.0.1
|
Host Terakhir
|
10.0.255.254
|
10.1.255.254
|
…
|
10.254.255.254
|
10.255.255.254
|
Broadcast
|
10.0.255.255
|
10.1.255.255
|
…
|
10.254.255.255
|
10.255.255.255
|
Mudah-mudahan sudah
setelah anda membaca paragraf terakhir ini, anda sudah memahami penghitungan
subnetting dengan baik. Kalaupun belum paham juga, anda ulangi terus artikel
ini pelan-pelan dari atas. Untuk teknik hapalan subnetting yang lebih cepat,
tunggu di artikel berikutnya
Catatan: Semua penghitungan
subnet diatas berasumsikan bahwa IP Subnet-Zeroes (dan IP
Subnet-Ones) dihitung secara default. Buku versi terbaru Todd Lamle dan
juga CCNA setelah 2005 sudah mengakomodasi masalah IP Subnet-Zeroes (dan IP
Subnet-Ones) ini. CCNA pre-2005 tidak memasukkannya secara default (meskipun di
kenyataan kita bisa mengaktifkannya dengan command ip subnet-zeroes), sehingga
mungkin dalam beberapa buku tentang CCNA serta soal-soal test CNAP, anda masih
menemukan rumus penghitungan Jumlah Subnet = 2x – 2
REFERENSI
- Todd Lamle, CCNA Study Guide 5th
Edition, Sybex, 2005.
- Module CCNA 1 Chapter 9-10, Cisco
Networking Academy Program (CNAP), Cisco Systems.
- Hendra Wijaya, Cisco Router, Elex
Media Komputindo, 2004.
Berikut soal latihan, tentukan :
a) Alamat Subnet Mask,
b) Alamat Subnet,
c) Alamat Broadcast,
d) Jumlah Host yang dapat digunakan,
e) serta Alamat Subnet ke-3
Dari alamat sebagai berikut:
1. 198.53.67.0/30
2. 202.151.37.0/26
3. 191.22.24.0/22
Saya coba
berhitung-hitung seperti demikian
1. 198.53.67.0/30
–> IP class C:
Subnet Mask : /30 = 11111111.11111111.11111111.11111100 = 255.255.255.252
Menghitung Subnet :
Jumlah Subnet: 26 = 64 Subnet
Jumlah Host per Subnet : 22 – 2 = 2 host
Blok Subnet: 256 – 252 = 4, blok berikutnya: 4+4 = 8, 8+4 = 12, dst…
jadi blok Subnet : 0, 4, 8, 12, dst…
Host dan broadcast yang valid:
Maka dari
perhitungan diperoleh:
- Alamat Subnet Mask:
255.255.255.252
- Alamat Subnet: 198.53.67.0,
198.53.67.4, 198.53.67.8, 198.53.67.12, … , 198.53.67.252
- Alamat Broadcast: 198.53.67.3,
198.53.67.7, 198.53.67.11, 198.53.67.15 … 198.53.67.255
- Jumlah host yang dapat digunakan:
64×2 = 128
- Alamat Subnet ke-3: 198.53.67.8
2.202.151.37.0/26
-> IP class C
Subnet Mask: /26 = 11111111.11111111.11111111.11000000 = 255.255.255.192
Menghitung Subnet:
Jumlah Subnet: 22 = 4 Subnet
Jumlah Host per Subnet: 26 – 2 = 62 host
Blok Subnet : 256 – 192 = 64, blok berikutnya : 64+64 = 128, 128+64 = 192
Jadi blok Alamat Subnet : 0, 64, 128, 192
Host dan broadcast yang valid:
Maka dari
perhitungan diperoleh:
- Alamat Subnet Mask:
255.255.255.192
- Alamat Subnet: 202.151.37.0,
202.151.37.64, 202.151.37.128, 202.151.37.192
- Alamat Broadcast: 202.151.37.63, 202.151.37.127,
202.151.37.191, 202.151.37.255
- Jumlah host yang dapat digunakan:
4×62 = 248
- Alamat Subnet ke-3: 202.151.37.128
3.191.22.24.0/22 –> IP class B
Subnet Mask : /22 = 11111111.11111111.11111100.00000000 = 255.255.252.0
Menghitung Subnet:
Jumlah Subnet: 26 = 64 Subnet
Jumlah Host per Subnet : 22– 2 = 2 host
Jumlah Blok Subnet: 256 – 252 = 4, blok berikutnya: 4+4 = 8, 8+4 = 12, dst…
Jadi blok Alamat Subnet: 0, 4, 8, 12, 16, dst…
Alamat host yang
valid:
- Alamat Subnet Mask: 255.255.252.0
- Alamat Subnet: 191.22.24.0,
191.22.24.4, 191.22.24.8, …, 191.22.24.252
- Alamat Broadcast: 191.22.24.3,
191.22.24.7, 191.22.24.11, …, 191.22.24.255
- Jumlah host yang dapat digunakan:
2×64 = 128
- Alamat Subnet ke-3: 191.22.24.8
Perhitungan Pada IP
Kelas C
Soal:
Dengan NETWORK ADDRESS 192.168.1.0/27,
Subnetting seperti apa yang bakal terjadi? Jawab: Analisanya 192.168.1.0
adalah IP kelas C dengan Subnet Mask /27
yang artinya 11111111.11111111.11111111.11100000
atau 255.255.255.224
(Lihat Tabel)
- Jumlah
Subnet: Rumus 2x
(x adalah nilai bineri 1 (angka 1) pada subnetmask di oktet bagian host)
karena kelas C maka oktet hostnya adalah hanya oktet yang keempat, berarti
nilai x=3.
Jadi jumlah subnetnya adalah 23
= 8
- Jumlah
Host per Subnet: Rumus 2y
– 2 (y adalah kebalikan dari x yaitu bineri 0 (angka 0)
pada oktat host) berarti nilai y=5.
Jadi Jumlah Host per Subnetnya adalah 25-2=30
- Blok
Subnet: Rumus 256 – nilai terakhir subnetmask, jadi Blok
Subnetnya adalah 256-224=32
sehingga subnet mask berikutnya adalah 32+32=64
kemudian 64+32=96
dan seterusnya, lengkapnya 0, 32, 64, 96, 128, 160, 192, 224
- Host
dan Broadcast yang bisa digunakan: Host yang bisa di gunakan adalah
mulai dari satu angka setelah nilai subnet dan broadcast adalah satu angka
sebelum subnet berikutnya, lebih jelas lihat tabelnya:
Subnet
|
192.168.1.0
|
192.168.1.32
|
….
|
192.168.1.224
|
Host Pertama
|
192.168.1.1
|
192.168.1.33
|
….
|
192.168.1.225
|
Host Terakhir
|
192.168.1.30
|
192.168.1.62
|
….
|
192.168.1.254
|
Broadcast
|
192.168.1.31
|
192.168.1.63
|
….
|
192.168.1.255
|
Perhitungan Pada IP
Kelas B
Soal:
Dengan NETWORK ADDRESS 128.1.0.0/20,
Subnetting seperti apa yang bakal terjadi? Jawab: Analisanya 128.1.0.0
adalah IP kelas B dengan Subnet Mask /20
yang artinya 11111111.11111111.11110000.00000000 atau
255.255.240.000 (Lihat Tabel)
- Jumlah
Subnet: Rumus 2x
(x adalah nilai bineri 1 (angka 1) pada subnetmask di oktet bagian host)
karena kelas B maka oktet hostnya adalah oktet yang ketiga dan keempat,
berarti nilai x=4.
Jadi jumlah subnetnya adalah 24
= 16
- Jumlah
Host per Subnet: Rumus 2y
– 2 (y adalah kebalikan dari x yaitu bineri 0 (angka 0)
pada oktet host) berarti nilai y=12.
Jadi Jumlah Host per Subnetnya adalah 212-2=4094
- Blok
Subnet: Rumus 256 – nilai terakhir subnetmask, jadi Blok
Subnetnya adalah 256-240=16
sehingga subnet mask berikutnya adalah 16+16=32
kemudian 32+16=48
dan seterusnya, lengkapnya 0, 16, 32, 48, 64, 80, …, 240
- Host
dan Broadcast yang bisa digunakan: Host yang bisa di gunakan adalah
mulai dari satu angka setelah nilai subnet dan broadcast adalah satu angka
sebelum subnet berikutnya, lebih jelas lihat tabelnya:
Subnet
|
128.1.0.0
|
128.1.16.0
|
….
|
128.1.80.0
|
….
|
128.1.240.0
|
Host Pertama
|
128.1.0.1
|
128.1.16.1
|
….
|
128.1.80.1
|
….
|
128.1.240.1
|
Host Terakhir
|
128.1.16.254
|
128.1.16.254
|
….
|
128.1.80.254
|
….
|
128.1.240.254
|
Broadcast
|
128.1.16.255
|
128.1.16.255
|
….
|
128.1.80.255
|
….
|
128.1.240.255
|
Perhitungan Pada IP
Kelas A
Soal:
Dengan NETWORK ADDRESS 10.0.0.0/23,
Subnetting seperti apa yang bakal terjadi? Jawab: Analisanya 10.0.0.0 adalah
IP kelas B dengan Subnet Mask /23
yang artinya 11111111.11111111.11111110.00000000 atau
255.255.254.000 (Lihat Tabel)
- Jumlah
Subnet: Rumus 2x
(x adalah nilai bineri 1 (angka 1) pada subnetmask di oktet bagian host)
karena kelas A maka oktet hostnya adalah oktet yang kedua, ketiga dan
keempat (tiga oktet terakhir), berarti nilai x=15. Jadi
jumlah subnetnya adalah 215=32768
- Jumlah
Host per Subnet: Rumus 2y
– 2 (y adalah kebalikan dari x yaitu bineri 0 (angka 0)
pada oktet host) berarti nilai y=9.
Jadi Jumlah Host per Subnetnya adalah 29-2=510
- Blok
Subnet: Rumus 256 – nilai terakhir subnetmask, jadi Blok
Subnetnya adalah 256-254=2
sehingga subnet mask berikutnya adalah 2+2=4 kemudian 4+2=6 dan
seterusnya, lengkapnya 0, 2, 4, 6, 8, 10, …, 254
- Host
dan Broadcast yang bisa digunakan: Host yang bisa di gunakan adalah
mulai dari satu angka setelah nilai subnet dan broadcast adalah satu angka
sebelum subnet berikutnya, lebih jelas lihat tabelnya:
Subnet
|
10.0.0.0
|
128.2.0.0
|
….
|
10.10.0.0
|
….
|
10.254.0.0
|
Host Pertama
|
10.0.0.1
|
128.2.0.1
|
….
|
10.10.0.1
|
….
|
10.254.0.1
|
Host Terakhir
|
10.1.255.254
|
128.3.255.254
|
….
|
10.11.255.254
|
….
|
10.255.255.254
|
Broadcast
|
10.1.255.255
|
128.3.255.255
|
….
|
10.11.255.255
|
….
|
10.255.255.255
|
- Ingat
rumus untuk mencari banyak subnet adalah 2 n – 2
N = jumlah
bit yang diselubungi
Dan rumus
untuk mencari jumlah host per subnet adalah 2 m – 2
M = jumlah
bit yang belum diselubungi
-
Setiap host di dalam
sebuah jaringan yang menggunakan TCP/IP membutuhkan sebuah subnet mask
meskipun berada di dalam sebuah jaringan dengan satu segmen saja. Entah itu subnet mask default (yang
digunakan ketika memakai network
identifier berbasis kelas) ataupun subnet mask yang dikustomisasi (yang
digunakan ketika membuat sebuah subnet atau supernet) harus dikonfigurasikan di
dalam setiap node
TCP/IP.
Untuk mengkonversi
angka biner subnet mask menjadi bentuk dotted decimal, lakukan langkah-langkah
berikut :
- Pecah-pecahlah bit-bit subnet mask
menjadi bentuk 4 buat octet (8-bit): 11111111.11111111.11110000.00000000
- Tuliskan desimal 255 intuk setiap
octet yang semua bit-nya bernilai 1, tuliskan angka 0 untuk setiap octet
yang semua bit-nya bernilai 0.
- Konversikan octet yang bit-bitnya
campuran 0 dan 1.
Tulisakan ulang
dalam bentuk dotted decimal 255.255.240.0
Beberapa alasan
membangun subnetting ialah sebagai berikut:
·
Mereduksi Tarif Jaringan
Alasan dasar menggunakan
subnetting yaitu untuk mereduksi ukuran broadcast domain. Broadcast secara
berkesinambungan dikirim ke semua hoat yang ada di jaringan dan sub jaringan.
Saat tarfik broadcast mulai mengasumsi langkah subnetting untuk mereduksi
ukuran broadcast domain tersebut.
·
Mengoptimasi Performansi Jaringan
Sebagai hasil dari
reduksi jaringan, maka otomatis akan diperoleh permormansi jaringan lebih baik.
·
Memudahkan manajemen
Dengan membagi-bagi
jaringan diharapkan akan memudahkan administrator dalam mengatur jaringan
terutama untuk keperluan identifikasi.
·
Mengefektifkan jaringan yang dibatasi area geografis yang luas
Sebuah jaringan
tunggal dan besar yang dibatasi oleh area geografis yang luas dapat menimbulkan
berbagai masalah, terutama dari sisi kecepatan. Dengan mengkoneksikan multi
jaringan yang lebih kecil maka diharapkan dapat membuat sistem lebih efisien.
Hal pertama yang
harus diketahui untuk melakukan subnetting adalah mengingat nilai dari bit-bit
Subner Mask. Nilsi ini yang akan dijadikan panduan untuk proses subnetting.
Berikut adalah tabel bit-bit Subnet Mask
Ket: Bit 1 pada
subnet mask berarti mengaktifkan masking (on), sedangkan bit 0 tidak aktif
(off). Bit-bit dari IP Address yang “ditutupi” oleh bit-bit subnet mask yang
aktif dan bersesuaian akan diinterpretasikan sebagai bit network
Dengan demikian,
kemungkinan-kemungkinan subnet yang tersedia sebagai berikut:
MISALKAN :
IP address :
192.168.0.150/27
Subnet mask dalam
desimal : 255.255.255.0
Subnet mask dalam
biner : 11111111.11111111.11111111.00000000
Menentukan jumlah
host persubnet rumus yang digunakan yaitu 2h-2, dimana nilai h
didapatkan dari 32 bit – (bit yang ditentukan). Seperti perhitungan bit dibawah
ini, bit yang ditentukan yaitu 27, jadi
11111111.11111111.11111111.11111111
(32 bit)
11111111.11111111.11111111.11100000
(27 bit) –
00000000.00000000.00000000.000111111(5
bit)
Untuk jumlah host
persubnet jadi 25 – 2 = 30 host persubnet
Jadi host yang
diperlukan persubnet yaitu 30 host. Untuk menentukan IP network, IP host mana
persubnet dan IP broadcast, bisa terlihat pada tabel di bawah ini:
Dari penjelasan
perhitungan di atas dapat disimpulkan untuk IP 192.168.0.150/27 :
Subnet
ke- : 4
IP Network
: 192.168.0.128
IP Host Awal :
192.168.0.129
IP Host Akhir :
192.168.0.158
IP
Broadcast : 192.168.0.159
Jadi IP
network ny adalah 192.168.0.131, IP broadcast = 192.168.0.163,IP host dimulai
dari 192.168.0.132 – 192.168.0.162. jadi memiliki subnet 192.168.0.150 termasuk
ke dalam Subnet 5.
7.
Proses dasar subnetting
adalah teknik memecah suatu jaringan
besar menjadi jaringan yang lebih kecil dengan cara mengorbankan bit Host ID
pada subnet mask untuk dijadikan Network ID baru. Subnetting merupakan teknik
memecah network menjadi beberapa subnetwork yang lebih kecil yang hanya dapat di
gunakan pada IP Address kelas A, B, dan C saja.
Subnetting akan menciptakan network tambahan, dan mengurangi jumlah max host
yang ada pada tiap host.
Alasan Subnetting
Mengalokasikan IP address yang terbatas supaya lebih efisien. Walaupun terdapat
banyak network dengan jumlah host lebih dari 254, namun hanya sedikit network
yang memiliki host sebanyak 65.000 atau 16 juta. Dan network yang memiliki
lebih dari 254 device akan membutuhkan alokasi kelas B.
Tujuan Subnetting
± Untuk mengefisienkan pengalamatan,
± Membagi satu kelas network atas sejumlah subnetwork,
± Menempatkan suatu
host, untuk mengetahui apakah berada dalam satu jaringan atau
tidak,
± mengatasi masalah perbedaaan hardware dengan topologi fisik jaringan,
± mengefisienkan alokasi IP Address dalam sebuah jaringan,
± Mengatasi masalah perbedaan hardware dan media fisik yang digunakan dalam
suatu
network dan Meningkatkan security.
Fungsi Subnetting
± Mengurangi traffic jaringan,
± Teroptimasinya untuk kerja jaringan,
± Pengelolaan yang
disederhanakan,
± Membantu pengembangan jaringan ke arah jarak geografis yang menjauh.
Proses Subnetting
± Menentukan subnet yang valid,
± Menentukan alamat broadcast untuk tiap subnet,
± Menentukan jumlah subnet yang dihasilkan oleh subnet mask,
± Menentukan jumlah host per subnet,
± Menentukan host – host yang untuk tiap subnet.
8.
Variable
Length Subnet Mask (VLSM)
adalah
teknik yang memungkinkan administrator jaringan untuk membagi ruang alamat IP
ke subnet
yang berbeda ukuran, tidak seperti ukuran Subnetting. Untuk menyederhanakan
VLSM adalah dengan memecah alamat IP ke subnet (beberapa tingkat) dan
mengalokasikan sesuai dengan kebutuhan individu pada jaringan. Hal ini juga
dapat disebut IP tanpa kelas pengalamatan. Sebuah classful menangani mengikuti
aturan umum yang telah terbukti berjumlah pemborosan alamat IP.
Sebelum Anda dapat memahami VLSM, Anda harus sangat akrab dengan alamat IP
struktur.
Cara terbaik Anda dapat mempelajari bagaimana subnet subnet (VLSM) adalah
dengan contoh. Mari kita bekerja dengan diagram di bawah ini:
Melihat diagram, gambar tersebut memiliki tiga LAN terhubung satu sama lain
dengan dua link WAN.
Hal pertama yang harus diwaspadai adalah jumlah subnet dan jumlah host. Dalam hal
ini, sebuah ISP dialokasikan 192.168.1.0/24. Kelas C
HQ = 50 host yang
RO1 = 30 host
RO2 = 10 host
2 WAN link
Kami akan mencoba dan subnet 192.168.1.0 / 24 untuk kesungguhan ini jaringan
yang memungkinkan sejumlah total 254 host saya sarankan Anda mendapatkan akrab
dengan tabel di bawah ini.
Mari kita mulai dengan HQ dengan 50 host, dengan menggunakan tabel di atas :
Disini meminjam 2 bit dengan nilai 64. Ini adalah yang paling dekat kita bisa
mendapatkan untuk 50 host.
HQ – alamat 192.168.1.0 / 26 Jaringan
HQ = 192.168.1.1 Gateway alamat
192.168.1.2 alamat, bermanfaat Pertama
192.168.1.62 - alamat dapat digunakan terakhir. Jumlah total ruang alamat
-192.168.1.2 untuk 192.168.1.62
192.168.1.63 akan menjadi alamat broadcast (ingat untuk cadangan alamat pertama
dan terakhir untuk Jaringan dan Broadcast)
HQ Jaringan Topeng 255.255.255.192 - kami mendapat 192 dengan menambahkan nilai
bit dari kiri ke nilai yang kami pinjam = 128 +64 = 192
Alamat HQ akan terlihat seperti ini 192.168.1.0 / 26
RO1 = 30 host
Kami meminjam 3 bit dengan nilai 32; ini lagi adalah yang paling dekat kita
bisa mendapatkan jumlah host yang diperlukan.
RO1 alamat akan mulai dari 192.168.1.64 – alamat Jaringan
kita menambahkan 32 ke 64 kami pinjam sebelumnya = 32 +64 = 96
RO1 = 192.168.1.65 Gateway alamat
192.168.1.66 – alamat IP Pertama digunakan
192.168.1.94 – alamat IP terakhir yang dapat digunakan
192.168.1.95 Broadcast address – address space total - 192.168.1.66 - 192.168.1. 94
Jaringan Masker 255.255.255.224 Yaitu 128 +64 +32 = 224 atau 192.168.1.64/27
RO2 = 192.168.1.96 Jaringan alamat
Kami meminjam 4 bit dengan nilai 16. Itu yang paling dekat kita bisa pergi.
96 +16 = 112
Jadi, 192.168.1.97 Gateway-alamat
192.168.1.98 – alamat dapat digunakan Pertama
192.168.1.110 – alamat dapat digunakan terakhir
192.168.1.111 siaran
Tuan Jumlah total ruang alamat - 192.168.1.98 192.168.1.110 untuk
Jaringan Masker 255.255.255. 240 atau 192.168.1.96 / 28
WAN link = kita meminjam 6 bit dengan nilai 4
= 112 + 4 = 116
WAN link dari HQ untuk RO1 alamat jaringan akan menjadi 192.168.1.112 / 30:
HQ se0 / 0 = 192.168.1.113
RO1 se0 / 0 = 192.168.1.114
Masker untuk kedua link = 255.255.255 252 (kami punya 252 dengan menambahkan
nilai bit kita meminjam yaitu.
124 + 64 + 32 + 16 + 8 +4 = 252
WAN link 2 = 112 + 4 = 116
WAN Link dari HQ untuk RO2 alamat Jaringan = 192.168.1.116 / 30
HQ = 192.168.1.117 subnet mask 255.255.255.252
RO2 = 192.168.1.118 Subnet mask 255.255.255.252
Subnet Prefix /
CIDR
|
Subnet mask
|
Usable IP
address/hosts
|
Usable IP addresses
+ Network and Broadcast address
|
/26
|
255.255.255.192
|
62
|
64
|
/27
|
255.255.255.224
|
30
|
32
|
/28
|
255.255.255.240
|
14
|
16
|
/29
|
255.255.255.248
|
6
|
8
|
/30
|
255.255.255.252
|
2
|
4
|
Misalnya jika Anda ingin memiliki subnet dengan 50 host maka Anda dapat dengan
mudah melihat dari tabel bahwa Anda akan memerlukan ukuran blok 64. Untuk
subnet 30 host Anda akan memerlukan ukuran 32 blok.
Menerapkan Pengalamatan VLSM
Tabel Pengalamatan
Device
|
Interface
|
IP Address
|
Subnet Mask
|
Default Gateway
|
R1
|
Fa0/0
|
192.168.1.1
|
255.255.255.192
|
N/A
|
Fa0/1
|
192.168.1.65
|
255.255.255.192
|
N/A
|
S0/0/0
|
192.168.1.225
|
255.255.255.252
|
N/A
|
S0/0/1
|
192.168.1.229
|
255.255.255.252
|
N/A
|
R2
|
Fa0/0
|
192.168.1.129
|
255.255.255.224
|
N/A
|
Fa0/1
|
192.168.1.161
|
255.255.255.224
|
N/A
|
S0/0/0
|
192.168.1.226
|
255.255.255.252
|
N/A
|
S0/0/1
|
192.168.1.233
|
255.255.255.252
|
N/A
|
R3
|
Fa0/0
|
192.168.1.193
|
255.255.255.240
|
N/A
|
Fa0/1
|
192.168.1.209
|
255.255.255.240
|
N/A
|
S0/0/0
|
192.168.1.234
|
255.255.255.252
|
N/A
|
S0/0/1
|
192.168.1.230
|
255.255.255.252
|
N/A
|
Menentukan Kebutuhan Jaringan.
Tentukan
kebutuhan jaringan dan jawablah pertanyaan dibawah ini. Ingat bahwa IP address
juga diburuhkan untuk setiap antarmuka LAN pada setiap router.
- Berapa sub-jaringan yang
dibutuhkan? 9 sub-jaringan
- Berapakah jumlah alamat IP
terbanyak yang diperlukan untuk sebuah sub-jaringan? 50 alamat
- Berapa banyak alamat IP yang
dibutuhkan untuk setiap LAN-LAN-nya R1? 51 alamat
- Berapa banyak alamat IP yang
dibutuhkan untuk setiap LAN-LAN-nya R2? 21 alamat
- Berapa banyak alamat IP yang
dibutuhkan untuk setiap LAN-LAN-nya R3? 13 alamat
- Berapa banyak alamat IP yang
dibutuhkan untuk setiap WAN link antar router? 2 alamat
- Berapa jumlah keseluruhan alamat
IP yang dibutuhkan? (51 x 2) + (21
x 2) + (13 x 2) + (2 x 3) = 176
alamat
- Berapa jumlah keseluruhan alamat
IP yang tersedia pada jaringan 192.168.1.0/24? 254 alamat host yang valid
- Dapatkah kebutuhan pengalamatan
jaringan terpenuhi jika menggunakan alamat jaringan 192.168.1.0/24? Dapat (butuh 176 alamat, tersedia 254
alamat)
Merancang
Skema Pengalamat IP
Langkah 1. Menghitung
subnet untuk bagian jaringan terbesar berdasarkan informasi yang tersedia.
Pada
kasus ini, dua LAN-nya R1 adalah sub-jaringan yang terbesar.
- Berapa banyak alamat IP yang
diperlukan untuk setiap LAN? 51
alamat
- Apa ukuran subnet terkecil yang
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan ini? /26
- Berapa jumlah alamat IP terbanyak
yang bisa disediakan pada ukuran subnet ini? 62 alamat host yang valid
Langkah 2. Memasang
subnet untuk LAN-LAN-nya R1.
Mulai
pada awal jaringan 192.168.1.0/24.
- Pasang subnet pertama yang
tersedia untuk LAN1-nya R1.
- Isikan tabel dibawah ini dengan
informasi yang sesuai. Subnet untuk LAN1-nya R1.
Alamat Jaringan
|
Subnet Mask Desimal
|
Subnet Mask Biner
|
IP Address Pertama
|
IP Address Terakhir
|
Alamat Broadcast
|
192.168.1.0
|
255.255.255.192
|
/26
|
192.168.1.1
|
192.168.1.62
|
192.168.1.63
|
- Pasang subnet berikutnya yang
tersedia untuk LAN2-nya R1.
- Isikan tabel dibawah ini dengan
informasi yang sesuai. Subnet untuk LAN2-nya R1.
Alamat Jaringan
|
Subnet Mask Desimal
|
Subnet Mask Biner
|
IP Address Pertama
|
IP Address Terakhir
|
Alamat Broadcast
|
192.168.1.64
|
255.255.255.192
|
/26
|
192.168.1.65
|
192.168.1.126
|
192.168.1.127
|
Langkah 3. Menghitung
subnet untuk bagian jaringan terbesar berikutnya berdasarkan informasi yang
tersedia
Pada
kasus ini, dua LAN-nya R2 adalah sub-jaringan terbesar berikutnya.
- Berapa banyak alamat IP yang
diperlukan untuk masing-masing LAN-nya? 21 alamat IP
- Apa ukuran subnet terkecil yang
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan ini? / 27
- Berapa jumlah alamat IP terbanyak
yang bisa disediakan pada ukuran subnet ini? 30 alamat host yang valid
Langkah 4. Memasang subnet untuk LAN-LAN-nya R2.
Mulai dengan IP address setelah sub-jaringan LAN-nya R1.
- Pasang subnet pertama yang
tersedia untuk LAN1-nya R2.
- Isikan tabel dibawah ini dengan informasi
yang sesuai. Subnet untuk LAN1-nya R2.
Alamat Jaringan
|
Subnet Mask Desimal
|
Subnet Mask Biner
|
IP Address Pertama
|
IP Address Terakhir
|
Alamat Broadcast
|
192.168.1.128
|
255.255.255.224
|
/27
|
192.168.1.129
|
192.168.1.158
|
192.168.1.159
|
- Pasang subnet pertama yang
tersedia untuk LAN2-nya R2..
- Isikan tabel dibawah ini dengan
informasi yang sesuai. Subnet untuk LAN2-nya R2.
Alamat Jaringan
|
Subnet Mask Desimal
|
Subnet Mask Biner
|
IP Address Pertama
|
IP Address Terakhir
|
Alamat Broadcast
|
192.168.1.160
|
255.255.255.224
|
/27
|
192.168.1.161
|
192.168.1.190
|
192.168.1.191
|
Langkah
5.
Menghitung subnet untuk bagian jaringan terbesar berikutnya berdasarkan
informasi yang tersedia.
Pada
kasus ini, dua LAN-nya R3 adalah sub-jaringan terbesar berikutnya.
- Berapa banyak alamat IP yang
diperlukan untuk masing-masing LAN-nya? 13 alamat IP
- Apa ukuran subnet terkecil yang
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan ini? / 28
- Berapa jumlah alamat IP terbanyak
yang bisa disediakan pada ukuran subnet ini? 14 alamat host yang valid
Langkah 6. Memasang subnet untuk LAN-LAN-nya R3.
Mulai dengan IP address setelah sub-jaringan LAN-nya R2.
- Pasang subnet pertama yang
tersedia untuk LAN1-nya R3.
- Isikan tabel dibawah ini dengan
informasi yang sesuai. Subnet untuk LAN1-nya R3.
Alamat Jaringan
|
Subnet Mask Desimal
|
Subnet Mask Biner
|
IP Address Pertama
|
IP Address Terakhir
|
Alamat Broadcast
|
192.168.1.192
|
255.255.255.240
|
/28
|
192.168.1.193
|
192.168.1.206
|
192.168.1.207
|
- Pasang subnet pertama yang
tersedia untuk LAN2-nya R3..
- Isikan tabel dibawah ini dengan
informasi yang sesuai. Subnet untuk LAN2-nya R3.
Alamat Jaringan
|
Subnet Mask Desimal
|
Subnet Mask Biner
|
IP Address Pertama
|
IP Address Terakhir
|
Alamat Broadcast
|
192.168.1.208
|
255.255.255.240
|
/28
|
192.168.1.209
|
192.168.1.222
|
192.168.1.223
|
Langkah 7. Menghitung
subnet untuk hubungan antar router
sesuai dengan informasi yang tersedia.
- Berapa banyaknya alamat IP yang
dibutuhkan untuk setiap link? 2
alamat
- Apa ukuran subnet terkecil yang
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan ini? / 30
- Berapa jumlah alamat IP terbanyak
yang bisa disediakan pada ukuran subnet ini? 2 alamat host yang valid
Langkah 8. Assign subnets to links. Start with the IP
address following the R3 LAN subnets.
- Pasang subnet untuk hubungan
antara router R1 dan router R2.
- Isilah tabel dibawah ini dengan
informasi yang sesuai. Hubungan antara R1 dan R2.
Alamat Jaringan
|
Subnet Mask Desimal
|
Subnet Mask Biner
|
IP Address Pertama
|
IP Address Terakhir
|
Alamat Broadcast
|
192.168.1.224
|
255.255.255.252
|
/30
|
192.168.1.225
|
192.168.1.226
|
192.168.1.227
|
3. Pasang subnet untuk hubungan antara
router R1 dan router R3.
- Isilah tabel dibawah ini dengan
informasi yang sesuai. Hubungan antara R1 dan R3.
Alamat Jaringan
|
Subnet Mask Desimal
|
Subnet Mask Biner
|
IP Address Pertama
|
IP Address Terakhir
|
Alamat Broadcast
|
192.168.1.228
|
255.255.255.252
|
/30
|
192.168.1.229
|
192.168.1.230
|
192.168.1.231
|
5. Pasang subnet untuk hubungan antara
router R2 dan router R3.
6. Isilah tabel dibawah ini dengan
informasi yang sesuai. Hubungan antara R2 dan R3.
Alamat Jaringan
|
Subnet Mask Desimal
|
Subnet Mask Biner
|
IP Address Pertama
|
IP Address Terakhir
|
Alamat Broadcast
|
192.168.1.232
|
255.255.255.252
|
/30
|
192.168.1.233
|
192.168.1.234
|
192.168.1.235
|
Pasang
Alamat IP Pada Peralatan Jaringan Sesuai Dengan Alamat Untuk Antarmuka
Peralatan.
Langkah 1. Pasanglah
alamat-alamat untuk router R1 router.
- Pasang alamat host pertama yang
valid untuk sub-jaringan LAN 1-nya R1 pada antarmuka LAN Fa0/0.
- Pasang alamat host pertama yang
valid untuk sub-jaringan LAN 2-nya R1 pada antarmuka LAN Fa0/1.
- Pasang alamat host pertama yang
valid untuk untuk hubungan antara R1 dan R2 pada antarmuka S0/0/0.
- Pasang alamat host pertama yang
valid untuk untuk hubungan antara R1 dan R3 pada antarmuka S0/0/1.
Langkah 2. Pasanglah
alamat-alamat untuk router R2 router.
- Pasang alamat host pertama yang
valid untuk sub-jaringan LAN 1-nya R2 pada antarmuka LAN Fa0/0.
- Pasang alamat host pertama yang
valid untuk sub-jaringan LAN 2-nya R2 pada antarmuka LAN Fa0/1.
- Pasang alamat host pertama yang
valid untuk untuk hubungan antara R2 dan R1 pada antarmuka S0/0/0.
- Pasang alamat host pertama yang
valid untuk untuk hubungan antara R2 dan R3 pada antarmuka S0/0/1.
Langkah 3. Pasanglah
alamat-alamat untuk router R3 router.
- Pasang alamat host pertama yang
valid untuk sub-jaringan LAN 1-nya R3 pada antarmuka LAN Fa0/0.
- Pasang alamat host pertama yang
valid untuk sub-jaringan LAN 2-nya R3 pada antarmuka LAN Fa0/1.
- Pasang alamat host pertama yang
valid untuk untuk hubungan antara R3 dan R1 pada antarmuka S0/0/0.
- Pasang alamat host pertama yang
valid untuk untuk hubungan antara R3 dan R2 pada antarmuka S0/0/1.
Kesimpulan
v JARINGAN DATAR ( Horizontal
)Merupakan jaringan yang mana setiap perangkat device memiliki kedudukan yang
sama, artinya berada pada level yang sama, sebagai contoh adalah jaringan peer
to peer, jaringan LAN merupakan sebuah penerapan dari jaringan Datar (
horizontal ) yang mana setiap perangkat keras jaringan ( device ) memiliki hak
yang sama didalam jaringan tersebut. Jaringan Hirarkikal adalah sebuah
jaringan yang terdiri dari beberapa level ( tingkat ) dengan fungsi dan hak
akses yang berbeda-beda. dimana terdapat beberapa perangkat device yang
memiliki hak untuk mengatur perangkat / device yang lain yang berada dilevel
bawahnya. contoh penerapanyang mudah kita lihat adalah jaringan internet,
dimana terdapat beberapa perangkat yang mampu menentukan ( memperbolehkan dan
melarang sebuah akses ).
v Subnetting
adalah teknik memecah suatu jaringan besar menjadi jaringan yang lebih kecil dengan cara
mengorbankan bit Host ID pada subnet mask untuk dijadikan Network ID
baru. Subnetting
hanya dapat dilakukan pada IP addres kelas A, IP address kelas B dan IP
address
kelas C.
Tujuan
dari subnetting sendiri yaitu untuk mengefisienkan pengalamatan, membagi
satu
kelas
network, menempatkan suatu host, untuk mengatasi masalah
perbedaaan hardware
dengan
topologi fisik jaringan, untuk mengefisienkan alokasi IP Address dalam sebuah
jaringan
supaya bisa memaksimalkan penggunaan IP Address, dan mengurangi
lalu-lintas
jaringan.
SOAL
1.
adalah sebuah
jaringan yang terdiri dari beberapa level ( tingkat ) dengan fungsi dan hak
akses yang berbeda-beda merupakan
pengertian dari?
Jawab : Jaringan
Hirarkikal
2.
Pengalamatan IP
berupa alamat yang terdiri dari 32-bit yang dibagi menjadi ..... oktet yang masing
masing berukuran 8-bit.
Jawab : 4
3.
Sebutkan salah
satu alasan mengapa harus melakukan subnetting?
Jawab : Untuk mengefisienkan
alokasi IP Address dalam sebuah jaringan supaya bisa memaksimalkan penggunaan
IP Address
4.
Pengembangan
mekanisme subneting, dimana dalam VLSM dilakukan peningkatan dari kelemahan
subneting klasik, yang mana subneting klasik, subneting zeroes, dan subnet ones
tidak bisa digunakan adalah pengertian
dari?
Jawab : VLSM atau Variable
Leght Subnet Mask
5.
istilah teknologi
informasidalam bahasa inggris yang mengacu kepada angka biner 32 bit yang
digunakan untuk membedakan network ID dengan host ID, menunjukkan letak suatu
host, apakah berada di jaringan lokal atau jaringan luar adalah pengertian
dari?
Jawab : Subnet Mask
6.
Untuk
menentukan network identifier dari sebuah alamat IP dengan menggunakan sebuah
subnet mask tertentu, dapat dilakukan dengan menggunakan sebuah operasi
matematika, yaitu dengan menggunakan.....?
Jawab : operasi
logika perbandingan AND (AND
comparison).
7.
Sebutkan tujuan subnetting !
Jawab :
± Untuk mengefisienkan pengalamatan,
± Membagi satu kelas network atas sejumlah subnetwork,
± Menempatkan suatu
host, untuk mengetahui apakah berada dalam satu jaringan atau
tidak,
± mengatasi masalah perbedaaan hardware dengan topologi fisik jaringan,
± mengefisienkan alokasi IP Address dalam sebuah jaringan,
± Mengatasi masalah perbedaan hardware dan media fisik yang digunakan dalam
suatu
network dan Meningkatkan security.
Subnet Prefix / CIDR
|
Subnet mask
|
Usable IP address/hosts
|
Usable IP addresses + Network and
Broadcast address
|
/26
|
255.255.255.192
|
62
|
64
|
/27
|
255.255.255.224
|
30
|
32
|
/28
|
255.255.255.240
|
14
|
16
|
/29
|
255.255.255.248
|
6
|
8
|
/30
|
255.255.255.252
|
2
|
4
|
8.
Perhatikan gambar diatas!
Misalnya jika Anda
ingin memiliki subnet dengan 50 host maka Anda dapat dengan mudah melihat dari
tabel bahwa Anda akan memerlukan ukuran blok 64. Untuk subnet 30 host Anda akan
memerlukan ukuran....?
Jawab : 32
blok
9.
Dalam menerapkan pengalamatan VLSM hal-hal apa yang perlu
diperhatikan ?
Jawab :
·
Menentukan Kebutuhan Jaringan.
·
Merancang Skema
Pengalamat IP.
·
Pasang Alamat IP Pada
Peralatan Jaringan Sesuai Dengan Alamat Untuk Antarmuka Peralatan.