Results for "totorial pc"
Tatacara Pengamanan Peralatan Jaringan
PAKET KEAHLIAN
(Tatacara Pengamanan Peralatan Jaringan)


Oleh :
Kelompok 8

Ø   MUHAMMAD AKBAR
Ø   AGUS KURNIAWAN
Ø   MUHAMMAD WAHYU ANDRI
Ø   MUHAMMAD ILHAM



DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMKN 4 KENDARI
2016




A.   Pengertian Keamanan jaringan

Keamanan jaringan adalah bentuk pencegahan atau deteksi pada hal yang bersifat gangguan dan akses tak seharusnya pada Sistem Jaringan Komputer. /angkah%langkah pencegahan membantu menghentikan pengguna yang tidak sah yang disebut 0penyusup1 untuk mengakses setiap bagian dari sistem jaringan komputer . Tujuan Keamanan jaringan computer adalah untuk mengantisipasi resiko jaringan komputer berupa bentuk ancaman fisik maupun logik baik langsung ataupun tidak langsung mengganggu aktivitas yang sedang berlangsung dalam jaringan computer.
Keamanan jaringan sangat penting dilakukan untuk memonitor akses jaringan dan mencegah  penyalahgunaan sumber daya jaringan yang tidak sah. Tugas keamanan jaringan dikontrol oleh administrator jaringan. Segi-segi keamanan didefinisikan dari kelima point ini adalah :
1)      Confidentiality Mensyaratkan bahasa informasi (data) hanya bisa diakses oleh pihak yangmemiliki wewenang.
2)      Integrity Mensyaratkan bahwa informasi hanya dapat diubah oleh pihak yang memiliki wewenang.
3)      Availability Mensyaratkan bahwa informasi tersedia untuk pihak yang memiliki wewenang ketika dibutuhkan.
4)      Authentication Mensyaratkan bahwa pengirim suatu informasi dapat diidentifikasi dengan benar dan ada jaminan bahwa identitas yang didapat tidak palsu.
5)      Nonrepudiation Mensyaratkan bahwa baik pengirim maupun penerima informasi tidak dapat menyangkal pengiriman dan penerimaan pesan.
 
B.     Kebijakan Pengguna Jaringan
1.      Kebijakan Organisasi
Adalah suatu kebijakan organisasi" istansi atau lembaga dalam ruang lingkup
keamanan  jaringan
 untuk akses pada sistem jaringan di tempat tersebut. 4iantara contoh dari kebijakan organisasi adalah :
1)      Tata kelola sistem komputer 
2)      Pengaturan kerapian pengkabelan
3)      Pengaturan akses Wifi
4)      Manajemen data organisasi
5)      Sinkronisasi antar sub organ
6)      Manajemen Sumber Daya
7)      Maintenance dan Checking berkala
2.      Etika Menggunakan Jaringan
Setiap kita melakukan suatu kegiatan pasti ada aturan atau etika yang harus dilakukan, karena  jika tidak bisa berdampak negative bagi kita sendiri maupun orang lain. Begitu juga saat menggunakan jaringan kita juga harus memperhatikan etika-etika yang berlaku. Diantaranya etika tersebut adalah :
1)      Memahami Akses pengguna
2)      Memahami kualitas daya organisasi
3)      Pengaturan penempatan sub-organ
3.      Kebijakan Mengakses Komputer
Dalam suatu kebijakan pengguna jaringan, tidak jarang juga terdapat kebijakan pengguna saat mengakses computer, diantaranya adalah :
1)      Manajemen pengguna
2)      Manajemen sistem computer
3)      Manajemen waktu akses
 
C. Kemungkinan Ancaman dan Serangan terhadap Keamanan jaringan
Saat kita saling terhubung dalam suatu jaringan baik jaringan kecil maupun besar, pasti terdapat ancaman ataupun seranagan yang bisa terjadi. Sehingga kita diharuskan untuk lebih berhati-hati saat berkomunikasi menggunakan jaringan. Diantara ancaman atau serangan yang bisa terjadi dari keamanan jaringan adalah :
1.      Serangan Fisik terhadap Keamanan Jaringan 
Kebanyakan orang beranggapan bahwa serangan terhadap keamanan jaringan cenderung pada non-hardwarenya saja, tetapi sebenarnya serangan tersebut bisa terjadi pada hardware itu sendiri.Sebagai contoh saat jaringan kita dihack oleh orang lain, maka software baik data, file ataupun aplikasi akan rusak yang bisa juga menyebabkan hardware kita tidak bekerja secara normal, sehingga hardware kita akan mengalami kerusakan.Serangan fisik terhadap keamanan jaringan dapat menyebabkan beberapa kerugian, diantaranya :
1)      Terjadi gangguan pada Kabel
2)      Kerusakan harddisk
3)      Konsleting
4)      Data tak tersalur dengan baik 
5)      Koneksi tak terdeteksi
6)      Akses bukan pengguna 
2.      Serangan Logik terhadap Keamanan jaringan
Serangan logic pada keamanan jaringan adalah hal yang paling rawan terjadi, sehingga kita harus lebih memperhatikan lagi security dalam jaringan kita. Diantara serangan yang bisa terjadi adalah :
1.      SQL Injection adalah Hacking pada sistem komputer dengan mendapat akses Basis Data pada Sistem
2.      DoS (Denial of  Service) adalah Serangan pada Sistem dengan mengabiskan Resource pada Sistem.
·         Traffic Flooding adalah Serangan pada keamanan jaringan dengan membanjiri Traffic atau lalu lintas jaringan.
3.      Request Flooding adalah Serangan dengan membanjiri banyak Request pada Sistem yang dilayani Host sehingga Request banyak dari pengguna tak terdaftar dilayani oleh layanan tersebut.
4.      Deface adalah adalah Serangan pada perubahan tampilan.
5.      Social Engineering adalah Serangan pada sisi sosial dengan memanfaatkan kepercayaan  pengguna. Hal ini seperti fake login hingga memanfaatkan kelemahan pengguna dalam socialmedia.
6.      Malicious Code adalah Serangan dengan menggunakan kode berbahaya dengan menyisipkan Virus, Worm atau Trojan Horse.
·         Virus: Program merusak yang mereplikasi dirinya pada boot sector atau dokumen.
·         Worm: Virus yang mereplikasi diri tidak merubah file tapi ada di memory aktif.
·         Trojan Horse: Program yang sepertinya bermanfaat padahal tidak karena uploaded hidden program dan scipt perintah yang membuat sistem rentan gangguan.
      7.      Packet Sniffer adalah Serangan menangkap paket yang lewat dalam sebuah Jaringan.




B.  Pengamanan logic (Instrusion Detection System, network topology, port scanning, packet fingerprinting
Keamanan: menjaga agar resource digunakan sebagaimana mestinya oleh pemakai yang berhak. Pemakaian alat (termasuk program) dapat menyebabkan kerusakan baik disengaja atau tidak. Pembatasan pemakaian bukan untuk mempersulit tetapi supaya efisien dan tidak merusak.
Proteksi:
  • authentication: pemakai harus dapat membuktikan dirinya. Contoh: user dan password. Dalam jaringan UNPAR ditambahkan sumber akses (komputer yang digunakan) dengan asumsi bahwa pada satu saat satu orang hanya dapat/boleh bekerja dengan satu komputer yang sama.
  • gateway: gerbang masuk menuju sistem dengan firewall
  • attack: serangan terhadap sistem.
  • authorization: pemakai diperbolehkan menggunakan pelayanan dan resource sesuai dengan haknya.
  • monitoring: pengawasan terhadap jaringan
  • Komunikasi terenkripsi: menggunakan enkripsi agar data tak dapat diintip
A. Arsitektur Jaringan Komputer
Untuk dapat dengan jelas mengerti mengenai keamanan jaringan komputer, kita harus terlebih dahulu mengerti bagaimana jaringan komputer bekerja. Untuk mempermudah pemeliharaan serta meningkatkan kompabilitas antar berbagai pihak yang mungkin terlibat, jaringan komputer terbagi atas beberapa lapisan yang saling independen satu dengan yang lainnya.
B. Tipe-tipe proteksi jaringan komputer
Dikarenakan perbedaan fungsi dalam setiap lapisan jaringan komputer, maka perlindungan yang dapat dilakukan juga berbeda-beda. Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai perlindungan terhadap jaringan komputer yang bisa dilakukan pada setiap lapisan jaringan komputer, mulai dari lapisan terbawah sampai dengan lapisan teratas.
Secure Socket Layer (SSL) adalah sebuah protokol yang bekerja tepat di bawah sebuah aplikasi
jaringan komputer. Protokol ini menjamin keamanan data yang dikirimkan satu host dengan host lainnya dan juga memberikan metode otentikasi, terutama untuk melakukan otentikasi terhadap server yang dihubungi. Untuk keamanan data, SSL menjamin bahwa data yang dikirimkan tidak dapat dicuri dan diubah oleh pihak lain. Selain itu, SSL juga melindungi pengguna dari pesan palsu yang mungkin dikirimkan oleh pihak lain.Tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam menggunakan SSL adalah :
1. Negosiasi algoritma yang akan digunakan kedua-belah pihak.
2. Otentikasi menggunakan Public Key Encryption atau Sertifikat elektronik.
3. Komunikasi data dengan menggunakan Symmetric Key Encryption.
C. Mekanisme pertahanan
Metode-metode yang dapat diterapkan untuk membuat jaringan komputer menjadi lebih aman, antara lain:
– IDS / IPS : Intrusion Detection System (IDS) dan Intrusion Prevention System (IPS) adalah sistem yang
banyak digunakan untuk mendeteksi dan melindungi sebuah sistem keamanan dari serangan
oleh pihak luar maupun dalam.
– Network Topology : Selain permasalahan aplikasi yang akan mempergunakan jaringan komputer, topologi jaringan
komputer juga memiliki peranan yang sangat penting dalam keamanan jaringan komputer.
– Port Scanning : Metode Port Scanning biasanya digunakan oleh penyerang untuk mengetahui port apa saja yang terbuka dalam sebuah sistem jaringan komputer. Tetapi metode yang sama juga dapat digunakan oleh pengelola jaringan komputer untuk menjaga jaringan komputernya.
Port Scanning sebagai bentuk serangan
Karena implementasinya yang cukup mudah dan informasinya yang cukup berguna, maka sering kali port scanning dilakukan sebagai tahap awal sebuah serangan. Untuk dapat melakukan penyerangan, seorang cracker perlu mengetahui aplikasi apa saja yang berjalan dan siap menerima koneksi dari lokasinya berada. Port Scanner dapat meberikan informasi ini. Untuk dapat mendeteksi adanya usaha untuk melakukan scanning jaringan, seorang pengelola jaringan dapat melakukan monitoring dan mencari paket-paket IP yang berasal dari sumber yang sama dan berusaha melakukan akses ke sederetan port, baik yang terbuka maupun yang tertutup. Apabila ditemukan, pengelola jaringan dapat melakukan konfigurasi firewall untuk memblokir IP sumber serangan. Hal ini perlu dilakukan secara berhati-hati, karena apabila dilakukan tanpa ada toleransi, metode ini dapat mengakibatkan seluruh jaringan Internet terblokir oleh firewall organisasi. Oleh sebab itu, perlu ada keseimbangan antara keamanan dan performa dalam usaha mendeteksi kegiatan port scanning dalam sebuah jaringan komputer.
– Packet Fingerprinting : Karena keunikan setiap vendor peralatan jaringan komputer dalam melakukan implementasi protokol TCP/IP, maka paket-paket data yang dikirimkan setiap peralatan menjadi unik peralatan tersebut. Dengan melakukan Packet Fingerprinting, kita dapat mengetahui peralatan apa saja yang ada dalam sebuah jaringan komputer.
– Security Information Management : Dalam usaha untuk meningkatkan keamanan jaringan komputer, sebuah organisasi mungkin
akan meng-implementasikan beberapa teknologi keamanan jaringan komputer, seperti firewall, IDS dan IPS. Semua usaha tersebut dilakukan sehingga keamanan jaringan komputer organisasi
tersebut menjadi lebih terjamin.
D. Jenis-jenis Ancaman
Berikut ini akan dijelaskan beberapa tipe-tipe serangan yang dapat dilancarkan oleh pihak-pihak tertentu terhadap sebuah jaringan komputer:
– DOS/DDOS : Denial of Services dan Distributed Denial of Services adalah sebuah metode serangan yang bertujuan untuk menghabiskan sumber daya sebuah peralatan jaringan komputer sehingga layanan jaringan komputer menjadi terganggu.
– Packet Sniffing : adalah sebuah metode serangan dengan cara mendengarkan seluruh paket yang lewat pada sebuah media komunikasi, baik itu media kabel maupun radio. Setelah paket-paket yang lewat itu didapatkan, paket-paket tersebut kemudian disusun ulang sehingga data yang dikirimkan oleh sebuah pihak dapat dicuri oleh pihak yang tidak berwenang.
Packet Sniffing sebagai tools pengelola jaringan
Sebenarnya selain sebagai menjadi alat untuk melakukan kejahatan, packet sniffer juga bias digunakan sebagai alat pertahanan. Dengan melakukan analisa paket-paket yang melalui sebuah media jaringan komputer, pengelola dapat mengetahui apabila ada sebuah host yang mengirimkan paket-paket yang tidak normal, misalnya karena terinfeksi virus. Sebuah IDS juga pada dasarnya adalah sebuah packet sniffer yang bertugas untuk mencari host yang mengirimkan paket-paket yang berbahaya bagi keamanan.
– IP Spoofing : adalah sebuah model serangan yang bertujuan untuk menipu seseorang. Serangan ini dilakukan dengan cara mengubah alamat asal sebuah paket, sehingga dapat melewati perlindungan firewall dan menipu host penerima data.
– DNS Forgery : Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh seseorang untuk mencuri data-data penting orang lain adalah dengan cara melakukan penipuan. Salah satu bentuk penipuan yang bisa dilakukan
adalah penipuan data-data DNS. DNS adalah sebuah sistem yang akan menterjemahkan nama sebuah situs atau host menjadi alamat IP situs atau host tersebut.
DNS Cache Poisoning
Bentuk lain serangan dengan menggunakan DNS adalah DNS Cache Poisoning. Serangan ini
memanfaatkan cache dari setiap server DNS yang merupakan tempat penyimpanan sementara data-data domain yang bukan tanggung jawab server DNS tersebut. Sebagai contoh, sebuah organisasi ‘X’ memiliki server DNS (ns.x.org) yang menyimpan data mengenai domain ‘x.org’. Setiap komputer pada organisasi ‘X’ akan bertanya pada server ‘ns.x.org’ setiap kali akan melakukan akses Internet. Setiap kali server ns.x.org menerima pertanyaan diluar domain ‘x.org’, server tersebut akan bertanya pada pihak otoritas domain


Unknown Senin, 14 November 2016
Mareri Rancang Bangun Jaringan
PAKET KEAHLIAN

RANCANG BANGUN JARINGAN



Description: logo smkn 4.jpg




Disusun Oleh:
CHRIS SAPUTRA MARCHELO TAMHER
HENDRO RYANTO
ARIANTO WIRDANA SAPUTRA
MUHAMMAD VIQRI

XII.TKJ.B




DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMKN NEGERI 4 KENDARI
2016




1.       JARINGAN DATAR ( Horizontal ) dan Konsep Pengalamatan Jaringan Hirarkikal
v  JARINGAN DATAR ( Horizontal )
Merupakan jaringan yang mana setiap perangkat device memiliki kedudukan yang sama, artinya berada pada level yang sama, sebagai contoh adalah jaringan peer to peer, jaringan LAN merupakan sebuah penerapan dari jaringan Datar ( horizontal ) yang mana setiap perangkat keras jaringan ( device ) memiliki hak yang sama didalam jaringan tersebut.
Jaringan Hirarkikal adalah sebuah jaringan yang terdiri dari beberapa level ( tingkat ) dengan fungsi dan hak akses yang berbeda-beda. dimana terdapat beberapa perangkat device yang memiliki hak untuk mengatur perangkat / device yang lain yang berada dilevel bawahnya. contoh penerapanyang mudah kita lihat adalah jaringan internet, dimana terdapat beberapa perangkat yang mampu menentukan ( memperbolehkan dan melarang sebuah akses ).
Skema pengalamatan pada Dua jaringan tersebut pada dasarnya sama, perbedaannya adalah pada jaringan datar tidak ada alamat ip yang mewakili untuk menuju atau menerima data informasi, sedangkan pada jaringan Hirarkikal akses ke level yang lebih tinggi akan di wakili oleh sebuah alamat ip yang terhubung langsung dengan jaringan pada level diatasnya.
untuk ip yang digunakan masih fleksible tergantung administrator jaringan, kelas A Kelas B dan Kelas C maupun Kelas D atau E semua dapat di terapkan sesuai kebutuhan dari jaringan itu sendiri.
v  Konsep Pengalamatan Jaringan Hierarkikal
Pengalamatan jaringan merupakan suatu metode pengalamatan IP yang bertujuan untuk mengatur alamat suatu komputer yang terhubung dalam jaringan global maupun lokal. Pengalamatan jaringan juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi
sebuah komputer dalam suatu jaringan atau dalam sebuah jaringan internet. Pengalamatan IP
berupa alamat yang terdiri dari 32-bit yang dibagi menjadi 4 oktet yang masing masing berukuran
8-bit.
2.       PENGALAMATAN IP JARINGAN HIRARKIKAL
No
Kelas
IP
1.
Kelas A
0.0.0.0
s/d
127.255.255.255
2.
Kelas B
128.0.0.0
s/d
191.255.255.255
3.
Kelas C
192.0.0.0
s/d
223.255.255.255
4.
Kelas D
224.0.0.0
s/d
239.255.255.255
5.
Kelas E
240.0.0.0
s/d
255.255.255.255
Konsep Pengalamatan Jaringan Hirarkikal
Pengalamatan jaringan merupakan suatu metode pengalamatan IP yang bertujuan untuk mengatur alamat suatu komputer yang terhubung dalam jaringan global maupun lokal.
Pengalamatan jaringan juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi sebuah komputer dalam suatu jaringan atau dalam sebuah jaringan internet. Pengalamatan IP berupa alamat yang terdiri dari 32-bit yang dibagi menjadi 4 oktet yang masing masing berukuran 8-bit.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNT3HK5B7eu55SLQaarLeampt6JBZX3_VBavHM9nm5Cm5nmKDz53tUgtl-fc7bzBPsJg4QjOMudACZsV38xre6WrcOV_FyrkXzldLE1_w-Mta8uVC_CR5VFfiyltrkRdsAM20BjhK2Sw0/s400/Capture.PNG

Sebuah alamat IP dapat dibagi dua bagian dengan menggunakan subnet mask yakni metode yang digunakan untuk membagi alamat IP dalam jaringan menjadi kelompok-kelompok tertentu.
a. Bagian pertama di dalam alamat IP Network Identifier (NetID)
    bertujuan untuk mengidentifikasikan jaringan lokal dalam sebuah jaringan internet
b. Bagian yang kedua à Host Identifier (HostID)
     bertujuan untuk mengidentifikasikan host dalam jaringan.                 
Pembagian IP
Kelas A
Alamat-alamat kelas A diberikan untuk jaringan skala besar. Nomor urut bit tertinggi di dalam alamat IP kelas A selalu diset dengan nilai 0 (nol). Tujuh bit berikutnya—untuk melengkapi oktet pertama—akan membuat sebuah network identifier. 24 bit sisanya (atau tiga oktet terakhir) merepresentasikan host identifier. Ini mengizinkan kelas A memiliki hingga 126 jaringan, dan 16,777,214 host tiap jaringannya. Alamat dengan oktet awal 127 tidak diizinkan, karena digunakan untuk mekanisme Interprocess Communication (IPC) di dalam mesin yang bersangkutan.

Kelas B
Alamat-alamat kelas B dikhususkan untuk jaringan skala menengah hingga skala besar. Dua bit pertama di dalam oktet pertama alamat IP kelas B selalu diset ke bilangan biner 10. 14 bit berikutnya (untuk melengkapi dua oktet pertama), akan membuat sebuah network identifier. 16 bit sisanya (dua oktet terakhir) merepresentasikan host identifier. Kelas B dapat memiliki 16,384 network, dan 65,534 host untuk setiap network-nya.
Kelas C
Alamat IP kelas C digunakan untuk jaringan berskala kecil. Tiga bit pertama di dalam oktet pertama alamat kelas C selalu diset ke nilai biner 110. 21 bit selanjutnya (untuk melengkapi tiga oktet pertama) akan membentuk sebuah network identifier. 8 bit sisanya (sebagai oktet terakhir) akan merepresentasikan host identifier. Ini memungkinkan pembuatan total 2,097,152 buah network, dan 254 host untuk setiap network-nya.
Kelas D
Alamat IP kelas D disediakan hanya untuk alamat-alamat IP multicast, namun berbeda dengan tiga kelas di atas. Empat bit pertama di dalam IP kelas D selalu diset ke bilangan biner 1110. 28 bit sisanya digunakan sebagai alamat yang dapat digunakan untuk mengenali host. Untuk lebih jelas mengenal alamat ini, lihat pada bagian Alamat Multicast IPv4.
Kelas E
Alamat IP kelas E disediakan sebagai alamat yang bersifat "eksperimental" atau percobaan dan dicadangkan untuk digunakan pada masa depan. Empat bit pertama selalu diset kepada bilangan biner 1111. 28 bit sisanya digunakan sebagai alamat yang dapat digunakan untuk mengenali host.

3.       SUBNETTING DALAM STRUKTUR JARINGAN
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrm-W26Yo1NUjO946Q5AR5vR2vyBupHXbUNDO8TotXPH-Jf215M8Tj1gRMk8N3sTZU8JzBTT4unEwmus1725yVb3h9oNkXton6GOuZbrCp1TDN9ghpBh9YlolzAQF9QUw8i_QU4TdslAnj/s400/Image3003.png

Subnetting adalah proses memecah suatu IP jaringan ke sub jaringan yang lebih kecil yang disebut "subnet." Setiap subnet deskripsi non-fisik (atau ID) untuk jaringan-sub fisik (biasanya jaringan beralih dari host yang mengandung satu router -router dalam jaringan multi).

Mengapa harus melakukan subnetting? Ada beberapa alasan mengapa kita perlu melakukan subnetting, diantaranya adalah sebagai berikut:
  • Untuk mengefisienkan alokasi IP Address dalam sebuah jaringan supaya bisa memaksimalkan penggunaan IP Address.
  • Mengatasi masalah perbedaan hardware dan media fisik yang digunakan daam suatu network, karena Router IP hanya dapat mengintegrasikan berbagai network dengan media fisik yang berbeda jika setiap network memiliki address network yang unik.
  • Meningkatkan security dan mengurangi terjadinya kongesti akibat terlalu banyaknya host dalam suatu network.
Penghitungan subnetting bisa dilakukan dengan dua cara yaitu binary yang relatif lambat dan cara khusus yang lebih cepat. Penulisan IP address umumnya adalah dengan 192.168.1.2. Namun adakalanya ditulis dengan 192.168.1.2/24. Penjelasanya adalah bahwa IP address 192.168.1.2 dengan subnet mask 255.255.255.0. Kenapa bisa seperti ?maksud /24 diambil dari penghitungan bahwa 24 bit subnet mask diselubung dengan binari 1. Atau dengan kata lain, subnet masknya adalah: 11111111.11111111.11111111.00000000 (255.255.255.0). Konsep ini yang disebut dengan CIDR (Classless Inter-Domain Routing) yang diperkenalkan pertama kali tahun 1992 oleh IEFT. Pada hakekatnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berkisar di empat masalah: Jumlah Subnet, Jumlah Host per Subnet, Blok Subnet, dan Alamat Host- Broadcast.
·         Contoh kasus Subnetting yang terjadi dengan sebuah NETWORK ADDRESS 10.0.0.0/16.

4.       VLSM atau Variable Leght Subnet Mask adalah pengembangan mekanisme subneting, dimana dalam VLSM dilakukan peningkatan dari kelemahan subneting klasik, yang mana subneting klasik, subneting zeroes, dan subnet ones tidak bisa digunakan. Jika proses subnetting yang menghasilkan beberapa subjaringan dengan jumlah host yang sama telah dilakukan, maka ada kemungkinan di dalam segmen - segmen jaringan tersebut memiliki alamat - alamat yang tidak digunakan atau membutuhkan lebih banyak alamat. Untuk memaksimalkan penggunaan ruangan alamat yang tetap, subnetting diaplikasikan secara rekursif untuk membentuk beberapa subjaringan dengan ukuran yang bervariasi yang diturunkan dari netmowrk identifier yang sama. teknik subnetting ini disebut dengan Variable Length Subnetting. Subjaringan yang dibuat dengan menggunakan teknik ini disebut dengan Variable Length Subnet Mask.
Dengan menggunakan Variable Length Subnetting, teknik subnetting dapat dilakukan secara rekursif maksudnya network identifier yang sebelumnya telah disubnetkan lalu disubnetkan kembali. Bit - bit network identifier tersebut harus bersifat tetap dan subnetting dilakukan dengan mengambil sisa dari bit - bit host dan teknik ini pun membutuhkan raouting yang baru (routing yang mendukung
 : RIPv2, OSPF, BGPv4).
Perhitungan IP Address dengan menggunakan metode VLSM adalah metode yang berbeda dengan memberikan suatu network address lebih dari satu subnetmask. Dalam penerapan IP Address menggunakan metode VLSM agar tetap dapat berkomunikasi kedalam jaringan internet, sebaiknya
 pengelolaan network memenuhi syarat:
1. Routing protocol yang digunakan harus mampu membawa informasi mengenai notasi prefix untuk
 setiap rute broadcastnya.
2. Semua perangkat router yang digunakan dalam jaringan harus mendukung metode VLSM yang menggunakan
 algoritma penerus packet informasi.
Contoh penggunaan VLSM :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMTWgh9NjD1e36bvEm6x749DzoxkjpJVGmCYHBYcsbF5okmFJympZIV889mC0KK_u1guuhfI0hu2oj_DsfoJEc8Wq-QheFv7fFplb9KpmjeZfqdFiY7L479eEM0xHZYEKIFJWa4js7Q7s/s320/untitled.JPG
Diberikan IP Addres dengan network 192.168.1.0 /24 , dan semua komputer diatas harus mempunyai network 192.168.1.0 bagaimana solusinya ? dan inilah solusinya !
1. Kita harus mengetahui CIDR, berapa networknya, berapa hostnya dan berapa jumlah host yang valid. Jika belum mengetahuinya bisa lihat tutornya
disini
2. Kita harus mengetahui jumlah host paling besar. dari contoh diatas host paling besar ada pada LAN A dengan 55 host. 3. Kemudian dari ip yang diberikan yaitu 192.168.1.0 /24 , kita pecah menjadi beberapa sehingga semua LAN dapat mendapat IP. Seperti Gambar Dibawah ini :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUJE1YLGZ_eG67rAhAf1fFOJVXhFmna2xrRVvsrKritTGaQ_B8iD3A2j7DS_zc2ENV01WStpnEdHm4R9kDqUrDJpJBY6uF1C0I04Lp-yZ79jwsJ9jUoOirwE9cRBnxV2PyZ3nbtmFZWY8/s400/untitled.JPG
3. Isikan IP Address sesuai ip diatas.

subnet menggunakan representasi biner

SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS A
Class A di oktet 2, 3 dan 4 (3 oktet terakhir). Kemudian subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class A adalah semua subnet mask dari CIDR /8 sampai /30.
v  Analisa:
10.0.0.0 berarti kelas A, dengan Subnet Mask /16 berarti 11111111.11111111.00000000.00000000 (255.255.0.0).

v  Penghitungan:
Jumlah Subnet = 28 = 256 subnet
Jumlah Host per Subnet = 216 – 2 = 65534 host
Blok Subnet = 256 – 255 = 1. Jadi subnet lengkapnya: 0,1,2,3,4, etc.


·         Contoh kasus Subnetting yang terjadi dengan sebuah NETWORK ADDRESS172.16.0.0/18 dan 172.16.0.0/25.

 SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS B
Berdasarkan blok subnetnya. CIDR /17 sampai /24 caranya sama persis dengan subnetting Class C, hanya blok subnetnya kita masukkan langsung ke oktet ketiga, bukan seperti Class C yang “dimainkan” di oktet keempat. Sedangkan CIDR /25 sampai /30 (kelipatan) blok subnet kita “mainkan” di oktet keempat, tapi setelah selesai oktet ketiga berjalan maju (coeunter) dari 0, 1, 2, 3, dst.
>> Contoh network address 172.16.0.0/18
v  Analisa:
172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /18 berarti 11111111.11111111.11000000.00000000 (255.255.192.0).

v  Penghitungan:
Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada 2 oktet terakhir. Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
Jumlah Host per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada 2 oktet terakhir. Jadi jumlah host per subnet adalah 214 – 2 = 16.382 host
Blok Subnet = 256 – 192 = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
>> Contoh network address 172.16.0.0/25.

Analisa:

172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /25 berarti 11111111.11111111.11111111.10000000 (255.255.255.128).

Penghitungan:

Jumlah Subnet = 29 = 512 subnet
Jumlah Host per Subnet = 27 – 2 = 126 host
Blok Subnet = 256 – 128 = 128. Jadi lengkapnya adalah (0, 128)

3. Contoh kasus Subnetting yang terjadi dengan sebuah NETWORK ADDRESS192.168.1.0/26
SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS C
Analisa :

192.168.1.0 berarti kelas C dengan Subnet Mask /26 berarti 11111111.11111111.11111111.11000000 (255.255.255.192).

Penghitungan :

Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnet mask (2 oktet terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A). Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
Jumlah Host per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada oktet terakhir subnet. Jadi jumlah host per subnet adalah 26 – 2 = 62 host
Blok Subnet = 256 – 192 (nilai oktet terakhir subnet mask) = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
5.        PENGERTIAN SUBNET MASK
Subnet Mask adalah istilah teknologi informasidalam bahasa inggris yang mengacu kepada angka biner 32 bit yang digunakan untuk membedakan network ID dengan host ID, menunjukkan letak suatu host, apakah berada di jaringan lokal atau jaringan luar.
RFC 950 mendefinisikan penggunaan sebuah subnet mask yang disebut juga sebagai address mask sebagai sebuah nilai 32-bit yang digunakan untuk membedakan network identifier dari host identifier di dalam sebuah  alamat IP. Bit-bit subnet mask yang didefinisikan, adalah sebagai berikut :

-          Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh network identifier diset ke nilai 1.
-          Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh host identifier diset ke nilai 0.

Setiap host di dalam sebuah jaringan yang menggunakan TCP\IP membutuhkan sebuah subnet mask meskipun berada di dalam sebuah jaringan dengan satu segmen saja. Entah itu subnet mask default ( yang digunakan ketika memakai network identifier berbasis kelas ) ataupun subnet mask yangdikustomisasi ( yang digunakan ketiak membuat subnet atau supernet ) harus dikonfigurasi di dalam setiap node TCP\IP.

B.     FUNGSI SUBNET MAKS
Fungsi Subnet Mask ada dua yaitu :
1.      Untuk membedakan antara Network ID dengan Host ID.
2.      Untuk menentukan alamat tujuan paket data, apakah “local” atau “remote”.

Subnet mask dapat juga digunakan untuk membuat suatu jaringan lebih tertata. Secara defaultSubnet mask yang ada :
1.      Kelas A  255.0.0.0
2.      Kelas B  255.255.0.0
3.      Kelas C  255.255.255.0
Subnet mask dapat juga diartikan sebagai penanda jaringan. Subnet juga dapat digunakan untuk menentukan jumlah host suatu jaringan, contohnya jika IP Address = 192.168.1.0 yang merupakan IP Kelas C, memiliki Subnet Mask 255.255.255.0, maka IP Address ini memiliki range IP sebanyak 254 host yang artinya jaringan ini dapat menampung 254 komputer yang saling terhubung. Jika kita menginginkan jaringan yang hanya mampu menampung host secara terbatas, maka kita harus memodifikasi Subnet Mask IP tersebut. Caranya yakni dengan mengubah nilai kelompok ke-4 Subnet Mask.
Berikut data host subnet mask :
-          0000 0000 = 0 = 256-0 = 256
IP = 254 Host
-          1000 0000 = 128 = 256-128 = 128
IP = 126 Host
-          1100 0000 = 192 = 256-192 = 64
IP = 62 Host
-          1110 0000 = 224 = 256-224 = 32
IP = 30 Host
-          1111 0000 = 240 = 256-240 = 16
IP = 14 Host
-           1111 1000 = 248 = 256-248 = 8
IP = 6 Host
-          1111 1100 = 252 = 256-252 = 4
IP = 2 Host
-          1111 1110 = 254 = 256-254 = 2
IP = 0 Host
-          1111 1111 = 255 = 256-255 = 1
IP = -1 Host
            Kelompok angka 254 & 255 tidak valid karena hanya memiliki 0 dan -1 host. Berdasarkan data diatas, maka jika IP 192.168.1.0 hanya ingin berhubungan dengan 1 komputer saja, maka Subnet Mask yang harus digunakan yakni 255.255.255.252
C.    CARA MENGHITUNG SUBNET MASK
Misal anda memiliki IP address 192.168.10.0 dan Subnet mask 255.255.255.128 Ubah angka 128 ke bilangan biner dengan cara sebagai berikut :

128 : 2 = 64 sisa 0
64 : 2 = 32 sisa 0
32 : 2 = 16 sisa 0
16 : 2 = 8 sisa 0
8 : 2 = 4 sisa 0
4 : 2 = 2 sisa 0

2 : 2 = 1 sisa 0

Hasil akhir 1 tidak dapat dibagi menjadi 1
Hasil bilangan binernya adalah 10000000
Banyaknya subnet mask yang tersedia dari rumus 2^x
X adalah jumlah dari angka 1, karena berdasarkan angka binner yang ad jumlah 1 = 1
Maka 2^1 = 2 maka jumlah subnet masknya adalah 2
Bila tersedia hanya 2 subnet mask maka kita harus mencari beberapa subnet mask tersebut ?
Dari subnet mask yang terbesar adalah 256 maka dihasilkan 256 – 128 = 128
Maka subnet masknya adalah 0 dan 128

Contoh lain, bila ditetapkan subnet masknya 255.255.255.192
Jumlah subnet mask dapat dihitung :

192 : 2 = 96 sisa 0
96 : 2 = 48 sisa 0
48 : 2 = 24 sisa 0
24 : 2 = 12 sisa 0
12 : 2 = 6 sisa 0
6 : 2 = 3 sisa 0
3 : 2 = 1 sisa 0
Maka bilangan binnernya adalah 11000000
Karena angka 1 ada 2 maka 2^2 = 4

Dan subnet yang dapat digunakan adalah 256 – 192 = 64, maka subnetnya adalah 0, 64, 128, 192 artinya subnetnya adalah
255.255.255.0
255.255.255.64
255.255.255.128
255.255.255.192

Jumlah host per subnet = 2^y-2, dimana y adalah kebalikan dari x yaitu banyak binari 0 pada oktet terakhir subnet. Jadi jumlah host per subnet adalah 2^6-2 = 62 host

D.    TEKNIK SUBNETTING
Subnetting merupakan teknik memecah network menjadi beberapa subnetwork yang lebih kecil. Subnetting hanya dapat dilakukan pada IP address A, IP address B dan IP address C. Dengan subnetting akan menciptakan beberapa network tambahan, tetapi mengurangi jumlah maksimum host yang ada dalam tiap network tersebut.
Ada beberapa alasan mengapa kita perlu melakukan subnetting, diantaranya adalah sebagai berikut :
-          Untuk mengefiensikan alokasi IP address dalam sebuah jaringan supaya bisa memaksimalkan penggunaan IP address.
-          Mengatasi masalah perbedaan hardware dan media fisik yang digunakan dalam suatu network, karena router IP hanya dapat mengintegrasikan berbagai network dengan media fisik yang berbeda jika setiap network memiliki address network yang unik.
-          Meningkatkan security dan mengurangi terjadinya kongesti akibat terlalu banyaknya host dalam suatu network.
Misalkan disebuah perusahaan terdapat 200 komputer (host). Tanpa menggunakan subnetting maka semua komputer (host) tersebut dapat kita hubungkan ke dalam sebuah jaringan tunggal dengan perincian sebagai berikut :
Misal kita gunakan IP address private kelas C dengan subnet mask default yaitu 255.255.255.0 sehingga perinciannya sebagai berikut :
Network Perusahaan
Alamat jaringan : 192.168.1.0
Host Pertama : 192.168.1.1
Host Terakhir : 192.168.1.254
Broadcast Address : 192.168.1.255
Misalkan di perusahaan tersebut terdapat 2 divisi yang berbeda sehingga kita akan memecah network tersebut menjadi 2 buah subnetwork, maka dengan teknik subnetting kita akan menggunakan subnet mask 255.255.255.128 (nilai subnet mask ini berbeda-beda tergantung berapa subnetwork yang akan kita buat) sehingga akan menghasilkan 2 buah blok subnet, dengan perincian sebagai berikut :
Network Divisi A
Alamat Jaringan/Subnet A : 192.168.1.0
Host Pertama : 192.168.1.1
Host Terakhir : 192.168.1.126
Broadcast Address : 192.168.1.127
Network Divisi B
Alamat Jaringan/Subnet B : 192.168.1.128
Host Pertama : 192.168.1.129
Host Terakhir : 192.168.1.254
Broadcast Address : 192.168.1.255
Dengan demikian dengan teknik subnetting akan terdapat 2 buah subnetwork yang masing-masing network maksimal terdiri dari 125 host (komputer). Masing-masing komputer dari subnetwork yang berbeda tidak akan bisa saling berkomunikasi sehingga meningkatkan security dan mengurangi terjadinya kongesti. Apabila dikehendaki agar beberapa komputer dari network yang berbeda tersebut dapat saling berkomunikasi maka kita harus menggunakan router.

6.       Subnet menggunakan representasi biner
Subnet mask adalah istilah teknologi informasi dalam bahasa Inggris yang mengacu kepada angka biner 32 bit yang digunakan untuk membedakan network ID dengan host ID, menunjukkan letak suatu host, apakah berada di jaringan lokal atau jaringan luar.
RFC 950 mendefinisikan penggunaan sebuah subnet mask yang disebut juga sebagai sebuah address mask sebagai sebuah nilai 32-bit yang digunakan untuk membedakan network identifier dari host identifier di dalam sebuah alamat IP. Bit-bit subnet mask yang didefinisikan, adalah sebagai berikut:
  • Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh network identifier diset ke nilai 1.
  • Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh host identifier diset ke nilai 0.
Setiap host di dalam sebuah jaringan yang menggunakan TCP/IP membutuhkan sebuah subnet mask meskipun berada di dalam sebuah jaringan dengan satu segmen saja. Entah itu subnet mask default (yang digunakan ketika memakai network identifier berbasis kelas) ataupun subnet mask yang dikustomisasi (yang digunakan ketika membuat sebuah subnet atau supernet) harus dikonfigurasikan di dalam setiap node TCP/IP.

Desimal Bertitik

Sebuah subnet mask biasanya diekspresikan di dalam notasi desimal bertitik (dotted decimal notation), seperti halnya alamat IP. Setelah semua bit diset sebagai bagian network identifier dan host identifier, hasil nilai 32-bit tersebut akan dikonversikan ke notasi desimal bertitik. Perlu dicatat, bahwa meskipun direpresentasikan sebagai notasi desimal bertitik, subnet mask bukanlah sebuah alamat IP.
Subnet mask default dibuat berdasarkan kelas-kelas alamat IP dan digunakan di dalam jaringan TCP/IP yang tidak dibagi ke dalam beberapa subnet. Tabel di bawah ini menyebutkan beberapa subnet mask default dengan menggunakan notasi desimal bertitik. Formatnya adalah:
<alamat IP www.xxx.yyy.zzz>, <subnet mask www.xxx.yyy.zzz>
Kelas alamat
Subnet mask (biner)
Subnet mask (desimal)
Kelas A
11111111.00000000.00000000.00000000
255.0.0.0
Kelas B
11111111.11111111.00000000.00000000
255.255.0.0
Kelas C
11111111.11111111.11111111.00000000
255.255.255.0
Perlu diingat, bahwa nilai subnet mask default di atas dapat dikustomisasi oleh administrator jaringan, saat melakukan proses pembagian jaringan (subnetting atau supernetting). Sebagai contoh, alamat 138.96.58.0 merupakan sebuah network identifier dari kelas B yang telah dibagi ke beberapa subnet dengan menggunakan bilangan 8-bit. Kedelapan bit tersebut yang digunakan sebagai host identifier akan digunakan untuk menampilkan network identifier yang telah dibagi ke dalam subnet. Subnet yang digunakan adalah total 24 bit sisanya (255.255.255.0) yang dapat digunakan untuk mendefinisikan custom network identifier. Network identifier yang telah di-subnet-kan tersebut serta subnet mask yang digunakannya selanjutnya akan ditampilkan dengan menggunakan notasi sebagai berikut:
138.96.58.0, 255.255.255.0

Representasi panjang prefiks (prefix length) dari sebuah subnet mask

Karena bit-bit network identifier harus selalu dipilih di dalam sebuah bentuk yang berdekatan dari bit-bit ordo tinggi, maka ada sebuah cara yang digunakan untuk merepresentasikan sebuah subnet mask dengan menggunakan bit yang mendefinisikan network identifier sebagai sebuah network prefix dengan menggunakan notasi network prefix seperti tercantum di dalam tabel di bawah ini. Notasi network prefix juga dikenal dengan sebutan notasi Classless Inter-Domain Routing (CIDR) yang didefinisikan di dalam RFC 1519. Formatnya adalah sebagai berikut:
/<jumlah bit yang digunakan sebagai network identifier>
Kelas alamat
Subnet mask (biner)
Subnet mask (desimal)
Prefix Length
Kelas A
11111111.00000000.00000000.00000000
255.0.0.0
/8
Kelas B
11111111.11111111.00000000.00000000
255.255.0.0
/16
Kelas C
11111111.11111111.11111111.00000000
255.255.255.0
/24
Sebagai contoh, network identifier kelas B dari 138.96.0.0 yang memiliki subnet mask 255.255.0.0 dapat direpresentasikan di dalam notasi prefix length sebagai 138.96.0.0/16.
Karena semua host yang berada di dalam jaringan yang sama menggunakan network identifier yang sama, maka semua host yang berada di dalam jaringan yang sama harus menggunakan network identifier yang sama yang didefinisikan oleh subnet mask yang sama pula. Sebagai contoh, notasi 138.23.0.0/16 tidaklah sama dengan notasi 138.23.0.0/24, dan kedua jaringan tersebut tidak berada di dalam ruang alamat yang sama. Network identifier 138.23.0.0/16 memiliki range alamat IP yang valid mulai dari 138.23.0.1 hingga 138.23.255.254; sedangkan network identifier 138.23.0.0/24 hanya memiliki range alamat IP yang valid mulai dari 138.23.0.1 hingga 138.23.0.254.

Menentukan alamat Network Identifier

Untuk menentukan network identifier dari sebuah alamat IP dengan menggunakan sebuah subnet mask tertentu, dapat dilakukan dengan menggunakan sebuah operasi matematika, yaitu dengan menggunakan operasi logika perbandingan AND (AND comparison). Di dalam sebuah AND comparison, nilai dari dua hal yang diperbandingkan akan bernilai true hanya ketika dua item tersebut bernilai true; dan menjadi false jika salah satunya false. Dengan mengaplikasikan prinsip ini ke dalam bit-bit, nilai 1 akan didapat jika kedua bit yang diperbandingkan bernilai 1, dan nilai 0 jika ada salah satu di antara nilai yang diperbandingkan bernilai 0.
Cara ini akan melakukan sebuah operasi logika AND comparison dengan menggunakan 32-bit alamat IP dan dengan 32-bit subnet mask, yang dikenal dengan operasi bitwise logical AND comparison. Hasil dari operasi bitwise alamat IP dengan subnet mask itulah yang disebut dengan network identifier.
Contoh:
Alamat IP    10000011 01101011 10100100 00011010 (131.107.164.026)
Subnet Mask  11111111 11111111 11110000 00000000 (255.255.240.000)
------------------------------------------------------------------
Network ID   10000011 01101011 10100000 00000000 (131.107.160.000)

Tabel Pembuatan subnet

Subnetting Alamat IP kelas A

Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifier kelas A.
Jumlah subnet
(segmen jaringan)
Jumlah subnet bit
Subnet mask
(notasi desimal bertitik/
notasi panjang prefiks)
Jumlah host tiap subnet
1-2
1
255.128.0.0 atau /9
8388606
3-4
2
255.192.0.0 atau /10
4194302
5-8
3
255.224.0.0 atau /11
2097150
9-16
4
255.240.0.0 atau /12
1048574
17-32
5
255.248.0.0 atau /13
524286
33-64
6
255.252.0.0 atau /14
262142
65-128
7
255.254.0.0 atau /15
131070
129-256
8
255.255.0.0 atau /16
65534
257-512
9
255.255.128.0 atau /17
32766
513-1024
10
255.255.192.0 atau /18
16382
1025-2048
11
255.255.224.0 atau /19
8190
2049-4096
12
255.255.240.0 atau /20
4094
4097-8192
13
255.255.248.0 atau /21
2046
8193-16384
14
255.255.252.0 atau /22
1022
16385-32768
15
255.255.254.0 atau /23
510
32769-65536
16
255.255.255.0 atau /24
254
65537-131072
17
255.255.255.128 atau /25
126
131073-262144
18
255.255.255.192 atau /26
62
262145-524288
19
255.255.255.224 atau /27
30
524289-1048576
20
255.255.255.240 atau /28
14
1048577-2097152
21
255.255.255.248 atau /29
6
2097153-4194304
22
255.255.255.252 atau /30
2

Subnetting Alamat IP kelas B

Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifier kelas B.
Jumlah subnet/
segmen jaringan
Jumlah subnet bit
Subnet mask
(notasi desimal bertitik/
notasi panjang prefiks)
Jumlah host tiap subnet
1-2
1
255.255.128.0 atau /17
32766
3-4
2
255.255.192.0 atau /18
16382
5-8
3
255.255.224.0 atau /19
8190
9-16
4
255.255.240.0 atau /20
4094
17-32
5
255.255.248.0 atau /21
2046
33-64
6
255.255.252.0 atau /22
1022
65-128
7
255.255.254.0 atau /23
510
129-256
8
255.255.255.0 atau /24
254
257-512
9
255.255.255.128 atau /25
126
513-1024
10
255.255.255.192 atau /26
62
1025-2048
11
255.255.255.224 atau /27
30
2049-4096
12
255.255.255.240 atau /28
14
4097-8192
13
255.255.255.248 atau /29
6
8193-16384
14
255.255.255.252 atau /30
2
Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifier kelas C.
semoga bermanfaat bagi anda :D

Variable-length Subnetting

Bahasan di atas merupakan sebuah contoh dari subnetting yang memiliki panjang tetap (fixed length subnetting), yang akan menghasilkan beberapa subjaringan dengan jumlah host yang sama. Meskipun demikian, dalam kenyataannya segmen jaringan tidaklah seperti itu. Beberapa segmen jaringan membutuhkan lebih banyak alamat IP dibandingkan lainnya, dan beberapa segmen jaringan membutuhkan lebih sedikit alamat IP.
Jika proses subnetting yang menghasilkan beberapa subjaringan dengan jumlah host yang sama telah dilakukan, maka ada kemungkinan di dalam segmen-segmen jaringan tersebut memiliki alamat-alamat yang tidak digunakan atau membutuhkan lebih banyak alamat. Karena itulah, dalam kasus ini proses subnetting harus dilakukan berdasarkan segmen jaringan yang dibutuhkan oleh jumlah host terbanyak. Untuk memaksimalkan penggunaan ruangan alamat yang tetap, subnetting pun diaplikasikan secara rekursif untuk membentuk beberapa subjaringan dengan ukuran bervariasi, yang diturunkan dari network identifier yang sama. Teknik subnetting seperti ini disebut juga variable-length subnetting. Subjaringan-subjaringan yang dibuat dengan teknik ini menggunakan subnet mask yang disebut sebagai Variable-length Subnet Mask (VLSM).
Karena semua subnet diturunkan dari network identifier yang sama, jika subnet-subnet tersebut berurutan (kontigu subnet yang berada dalam network identifier yang sama yang dapat saling berhubungan satu sama lainnya), rute yang ditujukan ke subnet-subnet tersebut dapat diringkas dengan menyingkat network identifier yang asli.
Teknik variable-length subnetting harus dilakukan secara hati-hati sehingga subnet yang dibentuk pun unik, dan dengan menggunakan subnet mask tersebut dapat dibedakan dengan subnet lainnya, meski berada dalam network identifer asli yang sama. Kehati-hatian tersebut melibatkan analisis yang lebih terhadap segmen-segmen jaringan yang akan menentukan berapa banyak segmen yang akan dibuat dan berapa banyak jumlah host dalam setiap segmennya.
Dengan menggunakan variable-length subnetting, teknik subnetting dapat dilakukan secara rekursif: network identifier yang sebelumnya telah di-subnet-kan, di-subnet-kan kembali. Ketika melakukannya, bit-bit network identifier tersebut harus bersifat tetap dan subnetting pun dilakukan dengan mengambil sisa dari bit-bit host.
Tentu saja, teknik ini pun membutuhkan protokol routing baru. Protokol-protokol routing yang mendukung variable-length subnetting adalah Routing Information Protocol (RIP) versi 2 (RIPv2), Open Shortest Path First (OSPF), dan Border Gateway Protocol (BGP versi 4 (BGPv4). Protokol RIP versi 1 yang lama, tidak mendukungya, sehingga jika ada sebuah router yang hanya mendukung protokol tersebut, maka router tersebut tidak dapat melakukan routing terhadap subnet yang dibagi dengan menggunakan teknik variable-length subnet mask.
Jumlah subnet
(segmen jaringan)
Jumlah subnet bit
Subnet mask
(notasi desimal bertitik/
notasi panjang prefiks)
Jumlah host tiap subnet
1-2
1
255.255.255.128 atau /25
126
3-4
2
255.255.255.192 atau /26
62
5-8
3
255.255.255.224 atau /27
30
9-16
4
255.255.255.240 atau /28
14
17-32
5
255.255.255.248 atau /29
6
33-64
6
255.255.255.252 atau /30
2
Penulisan IP address umumnya adalah dengan 192.168.1.2. Namun adakalanya ditulis dengan 192.168.1.2/24, apa ini artinya? Artinya bahwa IP address 192.168.1.2 dengan subnet mask 255.255.255.0. Lho kok bisa seperti itu? Ya, /24 diambil dari penghitungan bahwa 24 bit subnet mask diselubung dengan binari 1. Atau dengan kata lain, subnet masknya adalah: 11111111.11111111.11111111.00000000 (255.255.255.0). Konsep ini yang disebut dengan CIDR (Classless Inter-Domain Routing) yang diperkenalkan pertama kali tahun 1992 oleh IEFT.
Pertanyaan berikutnya adalah Subnet Mask berapa saja yang bisa digunakan untuk melakukan subnetting? Ini terjawab dengan tabel di bawah:
Subnet Mask
Nilai CIDR
255.128.0.0
/9
255.192.0.0
/10
255.224.0.0
/11
255.240.0.0
/12
255.248.0.0
/13
255.252.0.0
/14
255.254.0.0
/15
255.255.0.0
/16
255.255.128.0
/17
255.255.192.0
/18
255.255.224.0
/19
Subnet Mask
Nilai CIDR
255.255.240.0
/20
255.255.248.0
/21
255.255.252.0
/22
255.255.254.0
/23
255.255.255.0
/24
255.255.255.128
/25
255.255.255.192
/26
255.255.255.224
/27
255.255.255.240
/28
255.255.255.248
/29
255.255.255.252
/30
SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS C
Ok, sekarang mari langsung latihan saja. Subnetting seperti apa yang terjadi dengan sebuah NETWORK ADDRESS 192.168.1.0/26 ?
Analisa: 192.168.1.0 berarti kelas C dengan Subnet Mask /26 berarti 11111111.11111111.11111111.11000000 (255.255.255.192).
Penghitungan: Seperti sudah saya sebutkan sebelumnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berpusat di 4 hal, jumlah subnet, jumlah host per subnet, blok subnet, alamat host dan broadcast yang valid. Jadi kita selesaikan dengan urutan seperti itu:
  1. Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnet mask (2 oktet terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A). Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada oktet terakhir subnet. Jadi jumlah host per subnet adalah 26 – 2 = 62 host
  3. Blok Subnet = 256 – 192 (nilai oktet terakhir subnet mask) = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
  4. Bagaimana dengan alamat host dan broadcast yang valid? Kita langsung buat tabelnya. Sebagai catatan, host pertama adalah 1 angka setelah subnet, dan broadcast adalah 1 angka sebelum subnet berikutnya.
Subnet
192.168.1.0
192.168.1.64
192.168.1.128
192.168.1.192
Host Pertama
192.168.1.1
192.168.1.65
192.168.1.129
192.168.1.193
Host Terakhir
192.168.1.62
192.168.1.126
192.168.1.190
192.168.1.254
Broadcast
192.168.1.63
192.168.1.127
192.168.1.191
192.168.1.255
Kita sudah selesaikan subnetting untuk IP address Class C. Dan kita bisa melanjutkan lagi untuk subnet mask yang lain, dengan konsep dan teknik yang sama. Subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class C adalah seperti di bawah. Silakan anda coba menghitung seperti cara diatas untuk subnetmask lainnya.
Subnet Mask
Nilai CIDR
255.255.255.128
/25
255.255.255.192
/26
255.255.255.224
/27
255.255.255.240
/28
255.255.255.248
/29
255.255.255.252
/30
SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS B
Berikutnya kita akan mencoba melakukan subnetting untuk IP address class B. Pertama, subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class B adalah seperti dibawah. Sengaja saya pisahkan jadi dua, blok sebelah kiri dan kanan karena masing-masing berbeda teknik terutama untuk oktet yang “dimainkan” berdasarkan blok subnetnya. CIDR /17 sampai /24 caranya sama persis dengan subnetting Class C, hanya blok subnetnya kita masukkan langsung ke oktet ketiga, bukan seperti Class C yang “dimainkan” di oktet keempat. Sedangkan CIDR /25 sampai /30 (kelipatan) blok subnet kita “mainkan” di oktet keempat, tapi setelah selesai oktet ketiga berjalan maju (coeunter) dari 0, 1, 2, 3, dst.
Subnet Mask
Nilai CIDR
255.255.128.0
/17
255.255.192.0
/18
255.255.224.0
/19
255.255.240.0
/20
255.255.248.0
/21
255.255.252.0
/22
255.255.254.0
/23
255.255.255.0
/24
Subnet Mask
Nilai CIDR
255.255.255.128
/25
255.255.255.192
/26
255.255.255.224
/27
255.255.255.240
/28
255.255.255.248
/29
255.255.255.252
/30
Ok, kita coba dua soal untuk kedua teknik subnetting untuk Class B. Kita mulai dari yang menggunakan subnetmask dengan CIDR /17 sampai /24. Contoh network address 172.16.0.0/18.
Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /18 berarti 11111111.11111111.11000000.00000000 (255.255.192.0).
Penghitungan:
  1. Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada 2 oktet terakhir. Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada 2 oktet terakhir. Jadi jumlah host per subnet adalah 214 – 2 = 16.382 host
  3. Blok Subnet = 256 – 192 = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
  4. Alamat host dan broadcast yang valid?
Subnet
172.16.0.0
172.16.64.0
172.16.128.0
172.16.192.0
Host Pertama
172.16.0.1
172.16.64.1
172.16.128.1
172.16.192.1
Host Terakhir
172.16.63.254
172.16.127.254
172.16.191.254
172.16.255.254
Broadcast
172.16.63.255
172.16.127.255
172.16.191.255
172.16..255.255
Berikutnya kita coba satu lagi untuk Class B khususnya untuk yang menggunakan subnetmask CIDR /25 sampai /30. Contoh network address 172.16.0.0/25.
Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /25 berarti 11111111.11111111.11111111.10000000 (255.255.255.128).
Penghitungan:
  1. Jumlah Subnet = 29 = 512 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 27 – 2 = 126 host
  3. Blok Subnet = 256 – 128 = 128. Jadi lengkapnya adalah (0, 128)
  4. Alamat host dan broadcast yang valid?
Subnet
172.16.0.0
172.16.0.128
172.16.1.0
172.16.255.128
Host Pertama
172.16.0.1
172.16.0.129
172.16.1.1
172.16.255.129
Host Terakhir
172.16.0.126
172.16.0.254
172.16.1.126
172.16.255.254
Broadcast
172.16.0.127
172.16.0.255
172.16.1.127
172.16.255.255
Masih bingung juga? Ok sebelum masuk ke Class A, coba ulangi lagi dari Class C, dan baca pelan-pelan
SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS A
Kalau sudah mantab dan paham, kita lanjut ke Class A. Konsepnya semua sama saja. Perbedaannya adalah di OKTET mana kita mainkan blok subnet. Kalau Class C di oktet ke 4 (terakhir), kelas B di Oktet 3 dan 4 (2 oktet terakhir), kalau Class A di oktet 2, 3 dan 4 (3 oktet terakhir). Kemudian subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class A adalah semua subnet mask dari CIDR /8 sampai /30.
Kita coba latihan untuk network address 10.0.0.0/16.
Analisa: 10.0.0.0 berarti kelas A, dengan Subnet Mask /16 berarti 11111111.11111111.00000000.00000000 (255.255.0.0).
Penghitungan:
  1. Jumlah Subnet = 28 = 256 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 216 – 2 = 65534 host
  3. Blok Subnet = 256 – 255 = 1. Jadi subnet lengkapnya: 0,1,2,3,4, etc.
  4. Alamat host dan broadcast yang valid?
Subnet
10.0.0.0
10.1.0.0
10.254.0.0
10.255.0.0
Host Pertama
10.0.0.1
10.1.0.1
10.254.0.1
10.255.0.1
Host Terakhir
10.0.255.254
10.1.255.254
10.254.255.254
10.255.255.254
Broadcast
10.0.255.255
10.1.255.255
10.254.255.255
10.255.255.255
Mudah-mudahan sudah setelah anda membaca paragraf terakhir ini, anda sudah memahami penghitungan subnetting dengan baik. Kalaupun belum paham juga, anda ulangi terus artikel ini pelan-pelan dari atas. Untuk teknik hapalan subnetting yang lebih cepat, tunggu di artikel berikutnya
Catatan: Semua penghitungan subnet diatas berasumsikan bahwa IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones) dihitung secara default. Buku versi terbaru Todd Lamle dan juga CCNA setelah 2005 sudah mengakomodasi masalah IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones) ini. CCNA pre-2005 tidak memasukkannya secara default (meskipun di kenyataan kita bisa mengaktifkannya dengan command ip subnet-zeroes), sehingga mungkin dalam beberapa buku tentang CCNA serta soal-soal test CNAP, anda masih menemukan rumus penghitungan Jumlah Subnet = 2x – 2
Tahap berikutnya adalah silakan download dan kerjakan soal latihan subnetting. Jangan lupa mengikuti artikel tentang Teknik Mengerjakan Soal Subnetting untuk memperkuat pemahaman anda dan meningkatkan kemampuan dalam mengerjakan soal dalam waktu terbatas.
Source Mas Rommy.
REFERENSI
  1. Todd Lamle, CCNA Study Guide 5th Edition, Sybex, 2005.
  2. Module CCNA 1 Chapter 9-10, Cisco Networking Academy Program (CNAP), Cisco Systems.
  3. Hendra Wijaya, Cisco Router, Elex Media Komputindo, 2004.
Berikut soal latihan, tentukan :
a)
 Alamat Subnet Mask,
b)
 Alamat Subnet,
c)
 Alamat Broadcast,
d)
  Jumlah Host yang dapat digunakan,
e) serta Alamat Subnet ke-3
Dari alamat sebagai berikut:
1.
 198.53.67.0/30
2.
 202.151.37.0/26
3. 191.22.24.0/22
Saya coba berhitung-hitung seperti demikian
1. 198.53.67.0/30 –> IP class C:
Subnet Mask : /30 = 11111111.11111111.11111111.11111100 = 255.255.255.252
Menghitung
 Subnet :
Jumlah
 Subnet: 26 = 64 Subnet
Jumlah
 Host per Subnet : 22  2 = 2 host
Blok
 Subnet: 256  252 = 4, blok berikutnya: 4+4 = 8, 8+4 = 12, dst…
jadi
 blok Subnet : 0, 4, 8, 12, dst…
Host dan broadcast yang valid:
Maka dari perhitungan diperoleh:
  • Alamat Subnet Mask: 255.255.255.252
  • Alamat Subnet: 198.53.67.0, 198.53.67.4, 198.53.67.8, 198.53.67.12, … , 198.53.67.252
  • Alamat Broadcast: 198.53.67.3, 198.53.67.7, 198.53.67.11, 198.53.67.15 … 198.53.67.255
  • Jumlah host yang dapat digunakan: 64×2 = 128
  • Alamat Subnet ke-3: 198.53.67.8
2.202.151.37.0/26 -> IP class C
Subnet Mask: /26 = 11111111.11111111.11111111.11000000 = 255.255.255.192
Menghitung
 Subnet:
Jumlah
 Subnet: 22 = 4 Subnet
Jumlah
 Host per Subnet: 26  2 = 62 host
Blok
 Subnet : 256  192 = 64, blok berikutnya : 64+64 = 128, 128+64 = 192
Jadi
 blok Alamat Subnet : 0, 64, 128, 192
Host dan broadcast yang valid:
Maka dari perhitungan diperoleh:
  • Alamat Subnet Mask: 255.255.255.192
  • Alamat Subnet: 202.151.37.0, 202.151.37.64, 202.151.37.128, 202.151.37.192
  • Alamat Broadcast: 202.151.37.63, 202.151.37.127, 202.151.37.191, 202.151.37.255
  • Jumlah host yang dapat digunakan: 4×62 = 248
  • Alamat Subnet ke-3: 202.151.37.128
3.191.22.24.0/22 –> IP class B
Subnet
 Mask : /22 = 11111111.11111111.11111100.00000000 = 255.255.252.0
Menghitung
 Subnet:
Jumlah
 Subnet: 26 = 64 Subnet
Jumlah
 Host per Subnet : 22 2 = 2 host
Jumlah Blok Subnet: 256 – 252 = 4, blok berikutnya: 4+4 = 8, 8+4 = 12, dst…
Jadi blok Alamat Subnet: 0, 4, 8, 12, 16, dst…
Alamat host yang valid:
  • Alamat Subnet Mask: 255.255.252.0
  • Alamat Subnet: 191.22.24.0, 191.22.24.4, 191.22.24.8, …, 191.22.24.252
  • Alamat Broadcast: 191.22.24.3, 191.22.24.7, 191.22.24.11, …, 191.22.24.255
  • Jumlah host yang dapat digunakan: 2×64 = 128
  • Alamat Subnet ke-3: 191.22.24.8
Perhitungan Pada IP Kelas C Soal: Dengan NETWORK ADDRESS 192.168.1.0/27, Subnetting seperti apa yang bakal terjadi? Jawab: Analisanya 192.168.1.0 adalah IP kelas C dengan Subnet Mask /27 yang artinya 11111111.11111111.11111111.11100000 atau 255.255.255.224 (Lihat Tabel)
  1. Jumlah Subnet: Rumus 2x (x adalah nilai bineri 1 (angka 1) pada subnetmask di oktet bagian host) karena kelas C maka oktet hostnya adalah hanya oktet yang keempat, berarti nilai x=3. Jadi jumlah subnetnya adalah 23 = 8
  2. Jumlah Host per Subnet: Rumus 2y – 2 (y adalah kebalikan dari x yaitu bineri 0 (angka 0) pada oktat host) berarti nilai y=5. Jadi Jumlah Host per Subnetnya adalah 25-2=30
  3. Blok Subnet: Rumus 256 – nilai terakhir subnetmask, jadi Blok Subnetnya adalah 256-224=32 sehingga subnet mask berikutnya adalah 32+32=64 kemudian 64+32=96 dan seterusnya, lengkapnya 0, 32, 64, 96, 128, 160, 192, 224
  4. Host dan Broadcast yang bisa digunakan: Host yang bisa di gunakan adalah mulai dari satu angka setelah nilai subnet dan broadcast adalah satu angka sebelum subnet berikutnya, lebih jelas lihat tabelnya:
Subnet
192.168.1.0
192.168.1.32
….
192.168.1.224
Host Pertama
192.168.1.1
192.168.1.33
….
192.168.1.225
Host Terakhir
192.168.1.30
192.168.1.62
….
192.168.1.254
Broadcast
192.168.1.31
192.168.1.63
….
192.168.1.255
Perhitungan Pada IP Kelas B Soal: Dengan NETWORK ADDRESS 128.1.0.0/20, Subnetting seperti apa yang bakal terjadi? Jawab: Analisanya 128.1.0.0 adalah IP kelas B dengan Subnet Mask /20 yang artinya 11111111.11111111.11110000.00000000 atau 255.255.240.000 (Lihat Tabel)
  1. Jumlah Subnet: Rumus 2x (x adalah nilai bineri 1 (angka 1) pada subnetmask di oktet bagian host) karena kelas B maka oktet hostnya adalah oktet yang ketiga dan keempat, berarti nilai x=4. Jadi jumlah subnetnya adalah 24 = 16
  2. Jumlah Host per Subnet: Rumus 2y – 2 (y adalah kebalikan dari x yaitu bineri 0 (angka 0) pada oktet host) berarti nilai y=12. Jadi Jumlah Host per Subnetnya adalah 212-2=4094
  3. Blok Subnet: Rumus 256 – nilai terakhir subnetmask, jadi Blok Subnetnya adalah 256-240=16 sehingga subnet mask berikutnya adalah 16+16=32 kemudian 32+16=48 dan seterusnya, lengkapnya 0, 16, 32, 48, 64, 80, …, 240
  4. Host dan Broadcast yang bisa digunakan: Host yang bisa di gunakan adalah mulai dari satu angka setelah nilai subnet dan broadcast adalah satu angka sebelum subnet berikutnya, lebih jelas lihat tabelnya:
Subnet
128.1.0.0
128.1.16.0
….
128.1.80.0
….
128.1.240.0
Host Pertama
128.1.0.1
128.1.16.1
….
128.1.80.1
….
128.1.240.1
Host Terakhir
128.1.16.254
128.1.16.254
….
128.1.80.254
….
128.1.240.254
Broadcast
128.1.16.255
128.1.16.255
….
128.1.80.255
….
128.1.240.255
Perhitungan Pada IP Kelas A Soal: Dengan NETWORK ADDRESS 10.0.0.0/23, Subnetting seperti apa yang bakal terjadi? Jawab: Analisanya 10.0.0.0 adalah IP kelas B dengan Subnet Mask /23 yang artinya 11111111.11111111.11111110.00000000 atau 255.255.254.000 (Lihat Tabel)
  1. Jumlah Subnet: Rumus 2x (x adalah nilai bineri 1 (angka 1) pada subnetmask di oktet bagian host) karena kelas A maka oktet hostnya adalah oktet yang kedua, ketiga dan keempat (tiga oktet terakhir), berarti nilai x=15. Jadi jumlah subnetnya adalah 215=32768
  2. Jumlah Host per Subnet: Rumus 2y – 2 (y adalah kebalikan dari x yaitu bineri 0 (angka 0) pada oktet host) berarti nilai y=9. Jadi Jumlah Host per Subnetnya adalah 29-2=510
  3. Blok Subnet: Rumus 256 – nilai terakhir subnetmask, jadi Blok Subnetnya adalah 256-254=2 sehingga subnet mask berikutnya adalah 2+2=4 kemudian 4+2=6 dan seterusnya, lengkapnya 0, 2, 4, 6, 8, 10, …, 254
  4. Host dan Broadcast yang bisa digunakan: Host yang bisa di gunakan adalah mulai dari satu angka setelah nilai subnet dan broadcast adalah satu angka sebelum subnet berikutnya, lebih jelas lihat tabelnya:
Subnet
10.0.0.0
128.2.0.0
….
10.10.0.0
….
10.254.0.0
Host Pertama
10.0.0.1
128.2.0.1
….
10.10.0.1
….
10.254.0.1
Host Terakhir
10.1.255.254
128.3.255.254
….
10.11.255.254
….
10.255.255.254
Broadcast
10.1.255.255
128.3.255.255
….
10.11.255.255
….
10.255.255.255
  • Ingat rumus untuk mencari banyak subnet adalah 2 n – 2
    N = jumlah bit yang diselubungi

  • Dan rumus untuk mencari jumlah host per subnet adalah 2 m – 2
    M = jumlah bit yang belum diselubungi
  •  
Setiap host di dalam sebuah jaringan yang menggunakan TCP/IP membutuhkan sebuah subnet mask meskipun berada di dalam sebuah jaringan dengan satu segmen saja. Entah itu subnet mask default (yang digunakan ketika memakai network identifier berbasis kelas) ataupun subnet mask yang dikustomisasi (yang digunakan ketika membuat sebuah subnet atau supernet) harus dikonfigurasikan di dalam setiap node TCP/IP.
Untuk mengkonversi angka biner subnet mask menjadi bentuk dotted decimal, lakukan langkah-langkah berikut :
  1. Pecah-pecahlah bit-bit subnet mask menjadi bentuk 4 buat octet (8-bit): 11111111.11111111.11110000.00000000
  2. Tuliskan desimal 255 intuk setiap octet yang semua bit-nya bernilai 1, tuliskan angka 0 untuk setiap octet yang semua bit-nya bernilai 0.
  3. Konversikan octet yang bit-bitnya campuran 0 dan 1.
Tulisakan ulang dalam bentuk dotted decimal 255.255.240.0
Beberapa alasan membangun subnetting ialah sebagai berikut:
·         Mereduksi Tarif Jaringan
Alasan dasar menggunakan subnetting yaitu untuk mereduksi ukuran broadcast domain. Broadcast secara berkesinambungan dikirim ke semua hoat yang ada di jaringan dan sub jaringan. Saat tarfik broadcast mulai mengasumsi langkah subnetting untuk mereduksi ukuran broadcast domain tersebut.
·         Mengoptimasi Performansi Jaringan
Sebagai hasil dari reduksi jaringan, maka otomatis akan diperoleh permormansi jaringan lebih baik.
·         Memudahkan manajemen
Dengan membagi-bagi jaringan diharapkan akan memudahkan administrator dalam mengatur jaringan terutama untuk keperluan identifikasi.
·         Mengefektifkan jaringan yang dibatasi area geografis yang luas
Sebuah jaringan tunggal dan besar yang dibatasi oleh area geografis yang luas dapat menimbulkan berbagai masalah, terutama dari sisi kecepatan. Dengan mengkoneksikan multi jaringan yang lebih kecil maka diharapkan dapat membuat sistem lebih efisien.
Hal pertama yang harus diketahui untuk melakukan subnetting adalah mengingat nilai dari bit-bit Subner Mask. Nilsi ini yang akan dijadikan panduan untuk proses subnetting. Berikut adalah tabel bit-bit Subnet Mask
Ket: Bit 1 pada subnet mask berarti mengaktifkan masking (on), sedangkan bit 0 tidak aktif (off). Bit-bit dari IP Address yang “ditutupi” oleh bit-bit subnet mask yang aktif dan bersesuaian akan diinterpretasikan sebagai bit network
Dengan demikian, kemungkinan-kemungkinan subnet yang tersedia sebagai berikut:
MISALKAN :
IP address : 192.168.0.150/27
Subnet mask dalam desimal : 255.255.255.0
Subnet mask dalam biner : 11111111.11111111.11111111.00000000
Menentukan jumlah host persubnet rumus yang digunakan yaitu 2h-2, dimana nilai h didapatkan dari 32 bit – (bit yang ditentukan). Seperti perhitungan bit dibawah ini, bit yang ditentukan yaitu 27, jadi
11111111.11111111.11111111.11111111 (32 bit)
11111111.11111111.11111111.11100000 (27 bit) –
00000000.00000000.00000000.000111111(5 bit)
Untuk jumlah host persubnet jadi 25 – 2 = 30 host persubnet
Jadi host yang diperlukan persubnet yaitu 30 host. Untuk menentukan IP network, IP host mana persubnet dan IP broadcast, bisa terlihat pada tabel di bawah ini:
Dari penjelasan perhitungan di atas dapat disimpulkan untuk IP 192.168.0.150/27 :
Subnet ke-       : 4
IP Network     : 192.168.0.128
IP Host Awal  : 192.168.0.129
IP Host Akhir : 192.168.0.158
IP Broadcast   : 192.168.0.159
Jadi IP  network ny adalah 192.168.0.131, IP broadcast = 192.168.0.163,IP host dimulai dari 192.168.0.132 – 192.168.0.162. jadi memiliki subnet 192.168.0.150 termasuk ke dalam Subnet 5.

7.      Proses dasar subnetting
adalah teknik memecah suatu jaringan besar menjadi jaringan yang lebih kecil dengan cara mengorbankan bit Host ID pada subnet mask untuk dijadikan Network ID baru. Subnetting merupakan teknik memecah network menjadi beberapa subnetwork yang lebih kecil yang hanya dapat di gunakan pada IP Address kelas A, B, dan C saja.
Subnetting akan menciptakan network tambahan, dan mengurangi jumlah max host yang ada pada tiap host.
Alasan Subnetting
Mengalokasikan IP address yang terbatas supaya lebih efisien. Walaupun terdapat banyak network dengan jumlah host lebih dari 254, namun hanya sedikit network yang memiliki host sebanyak 65.000 atau 16 juta. Dan network yang memiliki lebih dari 254 device akan membutuhkan alokasi kelas B. 
Tujuan Subnetting
        ± Untuk mengefisienkan pengalamatan,
±
 Membagi satu kelas network atas sejumlah subnetwork,
±
 Menempatkan suatu host, untuk mengetahui apakah berada dalam satu jaringan atau
tidak,
±
 mengatasi masalah perbedaaan hardware dengan topologi fisik jaringan,
±
 mengefisienkan alokasi IP Address dalam sebuah jaringan,
± Mengatasi masalah perbedaan hardware dan media fisik yang digunakan dalam suatu
network
 dan Meningkatkan security. 

Fungsi Subnetting 
± Mengurangi traffic jaringan, 
± Teroptimasinya untuk kerja jaringan, 
± Pengelolaan yang disederhanakan, 
± Membantu pengembangan jaringan ke arah jarak geografis yang menjauh. 

Proses
 Subnetting
±
 Menentukan subnet yang valid,
±
 Menentukan alamat broadcast untuk tiap subnet,
±
 Menentukan jumlah subnet yang dihasilkan oleh subnet mask,
±
 Menentukan jumlah host per subnet,
±
 Menentukan host  host yang untuk tiap subnet. 
8.    Variable Length Subnet Mask (VLSM)

adalah teknik yang memungkinkan administrator jaringan untuk membagi ruang alamat IP ke subnet yang berbeda ukuran, tidak seperti ukuran Subnetting. Untuk menyederhanakan VLSM adalah dengan memecah alamat IP ke subnet (beberapa tingkat) dan mengalokasikan sesuai dengan kebutuhan individu pada jaringan. Hal ini juga dapat disebut IP tanpa kelas pengalamatan. Sebuah classful menangani mengikuti aturan umum yang telah terbukti berjumlah pemborosan alamat IP.
Sebelum Anda dapat memahami VLSM, Anda harus sangat akrab dengan alamat IP struktur.
Cara terbaik Anda dapat mempelajari bagaimana subnet subnet (VLSM) adalah dengan contoh. Mari kita bekerja dengan diagram di bawah ini:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJ0PVJd16FPSrlsQayPjQX2ixfTDWyroeR61ExWcrzRPaxGMI3Eq2uN0odJEHJ3AUkb8K5Gv66NEeDX5cP0ElZWARhoWl_s0jXjWDclilbS4fO4M4aguI5gse8dZci-3Znq_MtOYzQzfM/s320/vlsm1.png


Melihat diagram, gambar tersebut memiliki tiga LAN terhubung satu sama lain dengan dua link WAN.
Hal pertama yang harus diwaspadai adalah jumlah subnet dan jumlah host. Dalam hal ini, sebuah ISP dialokasikan
 192.168.1.0/24. Kelas C
HQ
 = 50 host yang
RO1
 = 30 host
RO2
 = 10 host
2
 WAN link
Kami akan mencoba dan subnet 192.168.1.0 / 24 untuk kesungguhan ini jaringan yang memungkinkan sejumlah total 254 host saya sarankan Anda mendapatkan akrab dengan tabel di bawah ini.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUFP6dDbXcuZ8HIiIuww2PTGsBK4a-HXDwqJJf-4AueL1JmcFpXQFJEVxr9QusZv_pvJl1OM2qHKRFcOIio0lV9NvJH9faHSIy0PM_Q7DhDoBNx0IpwvFw7GlqfXDB2XUHsfsfUz95evk/s320/vlsm2.png
Mari
 kita mulai dengan HQ dengan 50 host, dengan menggunakan tabel di atas :
Disini meminjam 2 bit dengan nilai 64. Ini adalah yang paling dekat kita bisa mendapatkan untuk 50 host.
HQ
   alamat 192.168.1.0 / 26 Jaringan
HQ
 = 192.168.1.1 Gateway alamat
192.168.1.2
 alamat, bermanfaat Pertama
192.168.1.62 - alamat dapat digunakan terakhir. Jumlah total ruang alamat -192.168.1.2 untuk 192.168.1.62
192.168.1.63 akan menjadi alamat broadcast (ingat untuk cadangan alamat pertama dan terakhir untuk Jaringan
 dan Broadcast)
HQ Jaringan Topeng 255.255.255.192 - kami mendapat 192 dengan menambahkan nilai bit dari kiri ke nilai yang
 kami pinjam = 128 +64 = 192
Alamat
 HQ akan terlihat seperti ini 192.168.1.0 / 26
RO1
 = 30 host
Kami meminjam 3 bit dengan nilai 32; ini lagi adalah yang paling dekat kita bisa mendapatkan jumlah host yang
 diperlukan.
RO1
 alamat akan mulai dari 192.168.1.64  alamat Jaringan
 kita menambahkan 32 ke 64 kami pinjam sebelumnya = 32 +64 = 96
RO1
 = 192.168.1.65 Gateway alamat
192.168.1.66
  alamat IP Pertama digunakan
192.168.1.94
  alamat IP terakhir yang dapat digunakan
192.168.1.95
 Broadcast address  address space total - 192.168.1.66 - 192.168.1. 94
Jaringan
 Masker 255.255.255.224 Yaitu 128 +64 +32 = 224 atau 192.168.1.64/27
RO2
 = 192.168.1.96 Jaringan alamat
Kami
 meminjam 4 bit dengan nilai 16. Itu yang paling dekat kita bisa pergi.
96
 +16 = 112
Jadi,
 192.168.1.97 Gateway-alamat
192.168.1.98
  alamat dapat digunakan Pertama
192.168.1.110
  alamat dapat digunakan terakhir
192.168.1.111
 siaran
Tuan
 Jumlah total ruang alamat - 192.168.1.98 192.168.1.110 untuk
Jaringan
 Masker 255.255.255. 240 atau 192.168.1.96 / 28
WAN
 link = kita meminjam 6 bit dengan nilai 4
=
 112 + 4 = 116
WAN link dari HQ untuk RO1 alamat jaringan akan menjadi 192.168.1.112 / 30:
HQ
 se0 / 0 = 192.168.1.113
RO1
 se0 / 0 = 192.168.1.114
Masker untuk kedua link = 255.255.255 252 (kami punya 252 dengan menambahkan nilai bit kita meminjam yaitu.
124
 + 64 + 32 + 16 + 8 +4 = 252
WAN
 link 2 = 112 + 4 = 116
WAN
 Link dari HQ untuk RO2 alamat Jaringan = 192.168.1.116 / 30
HQ
 = 192.168.1.117 subnet mask 255.255.255.252
RO2 = 192.168.1.118 Subnet mask 255.255.255.252
Subnet Prefix / CIDR
Subnet mask
Usable IP address/hosts
Usable IP addresses + Network and Broadcast address
/26
255.255.255.192
62
64
/27
255.255.255.224
30
32
/28
255.255.255.240
14
16
/29
255.255.255.248
6
8
/30
255.255.255.252
2
4









Misalnya jika Anda ingin memiliki subnet dengan 50 host maka Anda dapat dengan mudah melihat dari tabel bahwa Anda akan memerlukan ukuran blok 64. Untuk subnet 30 host Anda akan memerlukan ukuran 32 blok.




9.       MENERAPKAN PENGALAMATAN VLSM

Menerapkan Pengalamatan VLSM
Tabel Pengalamatan
Device
Interface
IP Address
Subnet Mask
Default Gateway
R1
Fa0/0
192.168.1.1 
 255.255.255.192
N/A
Fa0/1
192.168.1.65 
 255.255.255.192
N/A
S0/0/0
192.168.1.225 
 255.255.255.252
N/A
S0/0/1
192.168.1.229
 255.255.255.252
N/A
R2
Fa0/0
192.168.1.129
 255.255.255.224
N/A
Fa0/1
192.168.1.161 
 255.255.255.224
N/A
S0/0/0
192.168.1.226 
 255.255.255.252
N/A
S0/0/1
192.168.1.233 
 255.255.255.252
N/A
R3
Fa0/0
192.168.1.193
 255.255.255.240
N/A
Fa0/1
192.168.1.209
 255.255.255.240
N/A
S0/0/0
192.168.1.234
 255.255.255.252
N/A
S0/0/1
192.168.1.230
 255.255.255.252
N/A
Menentukan Kebutuhan Jaringan.
Tentukan kebutuhan jaringan dan jawablah pertanyaan dibawah ini. Ingat bahwa IP address juga diburuhkan untuk setiap antarmuka LAN pada setiap router.
  1. Berapa sub-jaringan yang dibutuhkan? 9 sub-jaringan
  2. Berapakah jumlah alamat IP terbanyak yang diperlukan untuk sebuah sub-jaringan? 50 alamat
  3. Berapa banyak alamat IP yang dibutuhkan untuk setiap LAN-LAN-nya R1? 51 alamat
  4. Berapa banyak alamat IP yang dibutuhkan untuk setiap LAN-LAN-nya R2? 21 alamat
  5. Berapa banyak alamat IP yang dibutuhkan untuk setiap LAN-LAN-nya R3? 13 alamat
  6. Berapa banyak alamat IP yang dibutuhkan untuk setiap WAN link antar router? 2 alamat
  7. Berapa jumlah keseluruhan alamat IP yang dibutuhkan? (51 x 2) + (21 x 2) + (13 x 2) + (2 x 3) = 176 alamat
  8. Berapa jumlah keseluruhan alamat IP yang tersedia pada jaringan 192.168.1.0/24? 254 alamat host yang valid
  9. Dapatkah kebutuhan pengalamatan jaringan terpenuhi jika menggunakan alamat jaringan 192.168.1.0/24? Dapat (butuh 176 alamat, tersedia 254 alamat)

 Merancang Skema Pengalamat IP

Langkah 1. Menghitung subnet untuk bagian jaringan terbesar berdasarkan informasi yang tersedia.

Pada kasus ini, dua LAN-nya R1 adalah sub-jaringan yang terbesar.
  1. Berapa banyak alamat IP yang diperlukan untuk setiap LAN? 51 alamat
  2. Apa ukuran subnet terkecil yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan ini? /26
  3. Berapa jumlah alamat IP terbanyak yang bisa disediakan pada ukuran subnet ini? 62 alamat host yang valid

Langkah 2. Memasang subnet untuk LAN-LAN-nya R1.

Mulai pada awal jaringan 192.168.1.0/24.
  1. Pasang subnet pertama yang tersedia untuk LAN1-nya R1.
  2. Isikan tabel dibawah ini dengan informasi yang sesuai. Subnet untuk LAN1-nya R1.
Alamat Jaringan
Subnet Mask Desimal
Subnet Mask Biner
IP Address Pertama
IP Address Terakhir
Alamat Broadcast
 192.168.1.0
 255.255.255.192
 /26
 192.168.1.1
 192.168.1.62
 192.168.1.63
  1. Pasang subnet berikutnya yang tersedia untuk LAN2-nya R1.
  2. Isikan tabel dibawah ini dengan informasi yang sesuai. Subnet untuk LAN2-nya R1.
Alamat Jaringan
Subnet Mask Desimal
Subnet Mask Biner
IP Address Pertama
IP Address Terakhir
Alamat Broadcast
 192.168.1.64
 255.255.255.192
 /26
 192.168.1.65
 192.168.1.126
 192.168.1.127

Langkah 3. Menghitung subnet untuk bagian jaringan terbesar berikutnya berdasarkan informasi yang tersedia

Pada kasus ini, dua LAN-nya R2 adalah sub-jaringan terbesar berikutnya.
  1. Berapa banyak alamat IP yang diperlukan untuk masing-masing LAN-nya? 21 alamat IP
  2. Apa ukuran subnet terkecil yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan ini? / 27
  3. Berapa jumlah alamat IP terbanyak yang bisa disediakan pada ukuran subnet ini? 30 alamat host yang valid

Langkah  4. Memasang subnet untuk LAN-LAN-nya R2. Mulai dengan IP address setelah sub-jaringan LAN-nya R1.

  1. Pasang subnet pertama yang tersedia untuk LAN1-nya R2.
  2. Isikan tabel dibawah ini dengan informasi yang sesuai. Subnet untuk LAN1-nya R2.
Alamat Jaringan
Subnet Mask Desimal
Subnet Mask Biner
IP Address Pertama
IP Address Terakhir
Alamat Broadcast
 192.168.1.128
 255.255.255.224
 /27
 192.168.1.129
 192.168.1.158
 192.168.1.159
  1. Pasang subnet pertama yang tersedia untuk LAN2-nya R2..
  2. Isikan tabel dibawah ini dengan informasi yang sesuai. Subnet untuk LAN2-nya R2.
Alamat Jaringan
Subnet Mask Desimal
Subnet Mask Biner
IP Address Pertama
IP Address Terakhir
Alamat Broadcast
 192.168.1.160
 255.255.255.224
 /27
 192.168.1.161
 192.168.1.190
 192.168.1.191

Langkah 5. Menghitung subnet untuk bagian jaringan terbesar berikutnya berdasarkan informasi yang tersedia.

Pada kasus ini, dua LAN-nya R3 adalah sub-jaringan terbesar berikutnya.
  1. Berapa banyak alamat IP yang diperlukan untuk masing-masing LAN-nya? 13 alamat IP
  2. Apa ukuran subnet terkecil yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan ini? / 28
  3. Berapa jumlah alamat IP terbanyak yang bisa disediakan pada ukuran subnet ini? 14 alamat host yang valid

Langkah  6. Memasang subnet untuk LAN-LAN-nya R3. Mulai dengan IP address setelah sub-jaringan LAN-nya R2.

  1. Pasang subnet pertama yang tersedia untuk LAN1-nya R3.
  2. Isikan tabel dibawah ini dengan informasi yang sesuai. Subnet untuk LAN1-nya R3.
Alamat Jaringan
Subnet Mask Desimal
Subnet Mask Biner
IP Address Pertama
IP Address Terakhir
Alamat Broadcast
 192.168.1.192
 255.255.255.240
 /28
 192.168.1.193
 192.168.1.206
 192.168.1.207
  1. Pasang subnet pertama yang tersedia untuk LAN2-nya R3..
  2. Isikan tabel dibawah ini dengan informasi yang sesuai. Subnet untuk LAN2-nya R3.
Alamat Jaringan
Subnet Mask Desimal
Subnet Mask Biner
IP Address Pertama
IP Address Terakhir
Alamat Broadcast
 192.168.1.208
 255.255.255.240
 /28
 192.168.1.209
 192.168.1.222
 192.168.1.223

Langkah 7. Menghitung subnet  untuk hubungan antar router sesuai dengan informasi yang tersedia.

  1. Berapa banyaknya alamat IP yang dibutuhkan untuk setiap link? 2 alamat
  2. Apa ukuran subnet terkecil yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan ini? / 30
  3. Berapa jumlah alamat IP terbanyak yang bisa disediakan pada ukuran subnet ini? 2 alamat host yang valid

Langkah  8. Assign subnets to links. Start with the IP address following the R3 LAN subnets.

  1. Pasang subnet untuk hubungan antara router R1 dan router R2.
  2. Isilah tabel dibawah ini dengan informasi yang sesuai. Hubungan antara R1 dan R2.
Alamat Jaringan
Subnet Mask Desimal
Subnet Mask Biner
IP Address Pertama
IP Address Terakhir
Alamat Broadcast
 192.168.1.224
 255.255.255.252
 /30
 192.168.1.225
 192.168.1.226
 192.168.1.227
3.    Pasang subnet untuk hubungan antara router R1 dan router R3.
  1. Isilah tabel dibawah ini dengan informasi yang sesuai. Hubungan antara R1 dan R3.
Alamat Jaringan
Subnet Mask Desimal
Subnet Mask Biner
IP Address Pertama
IP Address Terakhir
Alamat Broadcast
 192.168.1.228
 255.255.255.252
 /30
 192.168.1.229
 192.168.1.230
 192.168.1.231
5.    Pasang subnet untuk hubungan antara router R2 dan router R3.
6.    Isilah tabel dibawah ini dengan informasi yang sesuai. Hubungan antara R2 dan R3.
Alamat Jaringan
Subnet Mask Desimal
Subnet Mask Biner
IP Address Pertama
IP Address Terakhir
Alamat Broadcast
 192.168.1.232
 255.255.255.252
 /30
 192.168.1.233
 192.168.1.234
 192.168.1.235

 Pasang Alamat IP Pada Peralatan Jaringan Sesuai Dengan Alamat Untuk Antarmuka Peralatan.

Langkah 1. Pasanglah alamat-alamat untuk router R1 router.

  1. Pasang alamat host pertama yang valid untuk sub-jaringan LAN 1-nya R1 pada antarmuka LAN Fa0/0.
  2. Pasang alamat host pertama yang valid untuk sub-jaringan LAN 2-nya R1 pada antarmuka LAN Fa0/1.
  3. Pasang alamat host pertama yang valid untuk untuk hubungan antara R1 dan R2 pada antarmuka S0/0/0.
  4. Pasang alamat host pertama yang valid untuk untuk hubungan antara R1 dan R3 pada antarmuka S0/0/1.

Langkah 2. Pasanglah alamat-alamat untuk router R2 router.

  1. Pasang alamat host pertama yang valid untuk sub-jaringan LAN 1-nya R2 pada antarmuka LAN Fa0/0.
  2. Pasang alamat host pertama yang valid untuk sub-jaringan LAN 2-nya R2 pada antarmuka LAN Fa0/1.
  3. Pasang alamat host pertama yang valid untuk untuk hubungan antara R2 dan R1 pada antarmuka S0/0/0.
  4. Pasang alamat host pertama yang valid untuk untuk hubungan antara R2 dan R3 pada antarmuka S0/0/1.

Langkah 3. Pasanglah alamat-alamat untuk router R3 router.

  1. Pasang alamat host pertama yang valid untuk sub-jaringan LAN 1-nya R3 pada antarmuka LAN Fa0/0.
  2. Pasang alamat host pertama yang valid untuk sub-jaringan LAN 2-nya R3 pada antarmuka LAN Fa0/1.
  3. Pasang alamat host pertama yang valid untuk untuk hubungan antara R3 dan R1 pada antarmuka S0/0/0.
  4. Pasang alamat host pertama yang valid untuk untuk hubungan antara R3 dan R2 pada antarmuka S0/0/1.


Kesimpulan 
v  JARINGAN DATAR ( Horizontal )Merupakan jaringan yang mana setiap perangkat device memiliki kedudukan yang sama, artinya berada pada level yang sama, sebagai contoh adalah jaringan peer to peer, jaringan LAN merupakan sebuah penerapan dari jaringan Datar ( horizontal ) yang mana setiap perangkat keras jaringan ( device ) memiliki hak yang sama didalam jaringan tersebut. Jaringan Hirarkikal adalah sebuah jaringan yang terdiri dari beberapa level ( tingkat ) dengan fungsi dan hak akses yang berbeda-beda. dimana terdapat beberapa perangkat device yang memiliki hak untuk mengatur perangkat / device yang lain yang berada dilevel bawahnya. contoh penerapanyang mudah kita lihat adalah jaringan internet, dimana terdapat beberapa perangkat yang mampu menentukan ( memperbolehkan dan melarang sebuah akses ).
v  Subnetting adalah teknik memecah suatu jaringan besar menjadi jaringan yang lebih kecil dengan cara mengorbankan bit Host ID pada subnet mask untuk dijadikan Network ID
baru. Subnetting hanya dapat dilakukan pada IP addres kelas A, IP address kelas B dan IP
                    address kelas C. 
                    Tujuan dari subnetting sendiri yaitu untuk mengefisienkan pengalamatan, membagi satu
                    kelas network, menempatkan suatu host, untuk mengatasi masalah perbedaaan hardware
                    dengan topologi fisik jaringan, untuk mengefisienkan alokasi IP Address dalam sebuah
                    jaringan supaya bisa memaksimalkan penggunaan IP Address, dan mengurangi lalu-lintas
                    jaringan. 



SOAL
1.       adalah sebuah jaringan yang terdiri dari beberapa level ( tingkat ) dengan fungsi dan hak akses yang berbeda-beda merupakan pengertian dari?
Jawab : Jaringan Hirarkikal
2.       Pengalamatan IP berupa alamat yang terdiri dari 32-bit yang dibagi menjadi ..... oktet yang masing masing berukuran 8-bit.
Jawab : 4
3.       Sebutkan salah satu alasan mengapa harus melakukan subnetting?
Jawab : Untuk mengefisienkan alokasi IP Address dalam sebuah jaringan supaya bisa memaksimalkan penggunaan IP Address
4.       Pengembangan mekanisme subneting, dimana dalam VLSM dilakukan peningkatan dari kelemahan subneting klasik, yang mana subneting klasik, subneting zeroes, dan subnet ones tidak bisa digunakan adalah pengertian dari?
Jawab : VLSM atau Variable Leght Subnet Mask
5.       istilah teknologi informasidalam bahasa inggris yang mengacu kepada angka biner 32 bit yang digunakan untuk membedakan network ID dengan host ID, menunjukkan letak suatu host, apakah berada di jaringan lokal atau jaringan luar adalah pengertian dari?
Jawab : Subnet Mask
6.       Untuk menentukan network identifier dari sebuah alamat IP dengan menggunakan sebuah subnet mask tertentu, dapat dilakukan dengan menggunakan sebuah operasi matematika, yaitu dengan menggunakan.....?
Jawab : operasi logika perbandingan AND (AND comparison).
7.       Sebutkan tujuan subnetting !
Jawab :
± Untuk mengefisienkan pengalamatan,
±
 Membagi satu kelas network atas sejumlah subnetwork,
±
 Menempatkan suatu host, untuk mengetahui apakah berada dalam satu jaringan atau
tidak,
±
 mengatasi masalah perbedaaan hardware dengan topologi fisik jaringan,
±
 mengefisienkan alokasi IP Address dalam sebuah jaringan,
± Mengatasi masalah perbedaan hardware dan media fisik yang digunakan dalam suatu
network
 dan Meningkatkan security. 
Subnet Prefix / CIDR
Subnet mask
Usable IP address/hosts
Usable IP addresses + Network and Broadcast address
/26
255.255.255.192
62
64
/27
255.255.255.224
30
32
/28
255.255.255.240
14
16
/29
255.255.255.248
6
8
/30
255.255.255.252
2
4
8.      











Perhatikan gambar diatas!
Misalnya jika Anda ingin memiliki subnet dengan 50 host maka Anda dapat dengan mudah melihat dari tabel bahwa Anda akan memerlukan ukuran blok 64. Untuk subnet 30 host Anda akan memerlukan ukuran....?
Jawab : 32 blok
9.       Dalam menerapkan pengalamatan VLSM hal-hal apa yang perlu diperhatikan ?
Jawab :
·         Menentukan Kebutuhan Jaringan.
·         Merancang Skema Pengalamat IP.
·         Pasang Alamat IP Pada Peralatan Jaringan Sesuai Dengan Alamat Untuk Antarmuka Peralatan.


Unknown Sabtu, 05 November 2016